"Pulih Pandemi, Dokter Tak "Mengerikan" Lagi"
Pandemi Covid-19 membuat sejumlah aktivitas masyarakat lumpuh total.
Kita ingat, bagaimana sekolah-sekolah libur aktivitas tatap mukanya, pagar kantor-kantor terkunci, jalanan sepi dan hanya didominasi ambulance dengan suara sirinenya yang meraung-raung hilir mudik baik mengangkut pasien atau dalam keadaan kosong.
Karyawan di PHK, berkunjung ke rumah kerabat menjadi langka. Pada saat yang sama aktivitas peribadatan tutup dimana-mana. Orang naik haji saja harus batal disela-sela antrian jemaah yang semakin mengular.
Nampak sekali kondisi semacam jungkir balik, yang biasa mendekat menjadi jaga jarak, beribadah ke tempat-tempat peribadatan segan dan memilih diam di rumah.
Rasa curiga kepada orang lain dan tingkat khawatir yang tinggi takut terjangkit. Covid-19 seperti aib bagi para penderitanya.
Tanpa terkecuali saat diri merasa sakit. Pada hari-hari sebelum pandemi, segera pergi berobat ke dokter adalah hal yang biasa. Tetapi saat pandemi terjadi, dokter ibarat sosok yang menakutkan bahkan mengerikan saat harus mengunjunginya.
Alasan satu dan lain hal, terlebih calon pasien takut kena vonis positif Covid sepulang berobat.
Virus Corona merubah total cara pandang orang terhadap suatu kelumrahan.
Keadaan betul-betul panik setidaknya dalam kurun waktu 2020an hingga 2021 akhir.
Tenaga medis dan dokter berguguran ditengah tugas berat mereka meredakan pandemi.
Jam kerja ekstra, seakan tak ada waktu bagi diri dan keluarga. Sejumlah perawat dan ahli kesehatan lainnya harus tinggal berbulan-bulan di tempat tugasnya.
Jarang sekali berkumpul dirumah bersama anggota keluarga dan orang-orang tersayang.
Perjuangan dokter dan tenaga medis yang begitu berat. Tantangan profesionalisme dipertaruhkan dengan nyawa.
Jiwa-jiwa masyarakat adalah hal yang utama diatas segala-galanya.
Apa kata yang tepat kita berikan kepada langkah-langkah perjuangan manusia mulia semacam itu?
Kita sangat apresiasi sekaligus salut, insan-insan tulus berkorban demi nusa bangsa yang sedang terserang wabah.
Di hari dokter nasional ini, kita melakukan refleksi. Dokter senantiasa berada di garda terdepan atasi kemelut dunia karena wabah yang melanda.
Lantunan do'a kepada mereka yang telah gugur, sebagian dari  usaha kita membalas jasa besar para tenaga medis itu.
Wabah dunia yang belum juga tuntas sepenuhnya masih memerlukan perhatian kita.
Bersama para dokter perbaikan kita jalankan. Jangan sampai kejadian mengenaskan menimpa kehidupan kita bersama lagi.