Mohon tunggu...
KOMENTAR
Diary Pilihan

Ada Kompasiana, Pengangguran Harusnya Berkurang

23 Oktober 2022   13:47 Diperbarui: 23 Oktober 2022   13:56 196 10
Suatu hari saya ajak anak saya membuka Akun Kompasiana.

Dia mengenal blog ini karena saya sering membahasnya terutama saat saya usai menulis atau pas mendapatkan informasi yang ingin ditindaklanjuti.

"Ayah, informasi ini sudah ada yang tulis, belum di Kompasiana?" itu kalimat yang suka saya dengar saat anak saya ingin memuaskan rasa ingin tahunya tentang sesuatu.

Kompasiana, dia pikir seperti kamus atau ensiklopedia yang bisa memuat banyak info bermacam-macam.

Jika yang dia ingin cari ternyata tidak ada, maka saya pasti diminta untuk menuliskannya.

Atau jika hal yang ingin dia cari itu ada, maka saya pun suka diminta menuliskan bahasannya dari sudut pandang lain. Kadang-kadang ada saja sudut pandang yang dia sarankan untuk melengkapi info yang sudah ada dari cara pandang dia.

Fenomena anak-anak sekarang, pikirannya sudah tumbuh lebih cepat dari usianya. Info yang dia peroleh dari dunia maya begitu melimpah. Namun, dia juga suka bingung dengan hal-hal yang berseliweran di internat yang dia tangkap melalui telpon pintarnya.

Usia anak saya masih belasan, sama-sama  belasan dengan umur Kompasiana yang menginjak 14 tahun.

Hari-hari ketika berkumpul, seru juga melakukan penelusuran Kompasiana bersama anak dan anggota keluarga lainnya. Kisah manis menjadi Kompasianer, saya lewatkan bersama orang-orang terdekat.

Berbagai cara anggota keluarga saya merespon Kompasiana. Rata-rata semua suka. Sesekali pernah muncul pertanyaan tak terduga, yaitu mengenai ada atau tidaknya honor yang bisa kita terima setelah selesai memposting tulisan di Kompasiana.

Beruntung, saya punya data catatan K-Rewand bulan lalu yang sudah dibayarkan Kompasiana per tanggal 20 Oktober 2022 dini hari. Kompasiana real membayar, he he he...!

Data itu yang saya perlihatkan dan anak saya merespon dengan kalimat, Ayah punya pekerjaan baru saat ada di rumah.

Saya kira, pertanyaan akan berhenti setelah saya tunjukan catatan K-Reward dan bukti kiriman dana melalui Gopay. Tetapi nyatanya, rasa penasaran anak saya berrambah. Dia mulai menanyakan, berapa orang yang turut bergabung bersama dalam Kompasiana.

Saya ajak dia membuka statistik tentang Kompasiana yang merangkum Kompasiana dalam angka-angka per tahun 2021.

Anak saya tercengang, melihat  Kompasiana punya anggota sebanyak 2.469.865 orang. Dia berpikir, Kompasiana banyak uang karena harus membayar orang sebanyak itu seriap bulannya.

"Kalau begitu, Kompasiana hebat, bisa buka lapangan kerja dan pasti  pengangguran berkurang" kata anak saya.

Dia pikir, orang yang ada di Kompasiana itu orang-orang tidak punya pekerjaan juga. Ini juga karena hari-hari tertentu dia suka melihat ayahnya terus berada di depan laptop dan HP berlama-lama.

Apa anggota Kompasiana lain juga punya kebiasaan yang sama seperti itu? Tidak bekerja diluar rumah?

Pertanyaan demi pertanyaan datang dan sangat butuh penjelasan segera.

Baru pertanyaan berhenti saat saya buka syarat dan ketentuan siapa saja orang yang punya hak dapat bayaran dari Kompasiana. Infonya dia baca juga dalam artikel admin Kompasiana yang mengumumkan nama-nama Kompasianer penerima honor.

Ternyata hanya sedikit saja orang yang punya kesempatan menerima honor. Anak saya menyebut itu orang-orang pilihan yang terseleksi karena usahanya rajin menulis.

Dari hal itu dia tersenyum, lalu menepuk bahu saya, "Ayah mantap, bisa dapat honor. Berarti Kompasiana sangat menghargai Ayah".

Dia merasa berkesan dengan obrolan ringan soal Kompasiana hari itu. Ada kebanggaan yang bisa dia sematkan dalam pikiran dan perasaannya mengenai sosok sang ayah.

Kompasiana telah memfasilitasi banyak hal melalui blog yang dibangunnya, membuat kebiasaan menulis Kompasianer jadi hal yang membanggakan keluarga.

Obrolan hampir usai, namun ada suara lain dari suara kami berdua. Suara dari istri saya. Istri saya rupanya menyimak pembicaraan kami soal honor dari Kompasiana.

"Kalau sudah cair, traktir...traktir!" begitu kata istri saya sambil lalu menuju dapur.

Kami berdua sontak tertawa sambil bergegas mengikuti istri saya yang hendak membuatkan kopi dan teh hangat juga memasak mie kesukaan kami.

Yah, hujan sedang lebat di luar sana. Menyantap makanan dan minuman hangat memang mengenakan disaat-saat suasana kebersamaan seperti itu.

Terima kasih Kompasiana. Selamat ulang tahun dan panjang umur perjuangan.



Bandung, 23 Oktober 2022

Teguh Ari Prianto
& M.A. Kindi Adham

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun