Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Erick Thohir Makin Masif, Mungkinkah Jadi Cawapres dari KIB?

30 November 2022   13:48 Diperbarui: 30 November 2022   13:52 177 0
BELUM ada perkembangan signifikan dari Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Koalisi yang diinisiasi Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini terkesan adem, berbeda dengan Koalisi Indonesia Raya (KIR) yang cenderung bergelora, sementara Koalisi Perubahan (KP) stagnan. Itu jelas, karena KP sesungguhnya memang belum resmi terbentuk.

Dibilang adem, setidaknya itulah pandangan sepintas dari luar terhadap koalisi yang dibangun dari kedewasaan berpikir para petingginya,  untuk menyambut Pilpres, Pileg dan Pilkada serentak 2024. Kendati begitu, bisa dibilang juga jika kesamaan visi, misi dan platform dari KIB terutama untuk menghadapi Pilpres.

Bukan berarti tiga partai besar di KIB anteng-anteng saja. Mesin-mesin dari ketiga partai pastinya terus bergerak, sejatinya dengan masing-masing melakukan konsolidasi internal. Golkar terlihat semakin kuat dengan masuknya Ridwan Kamil, yang diyakini bisa mendulang suara untuk Pilpres dan Pilkada nanti, khususnya dari Jabar.

Untuk urusan pencapresan, Golkar terkesan memperlambat geraknya, selaras dengan sikap KIB yang slow down. Partai beringin sementara ini tampaknya memilih untuk menghaluskan langkahnya, tidak lagi menggencarkan bicara soal sosok capres, meski tetap fokus untuk menempatkan ketua umumnya, Airlangga Hartarto, sebagai capres dari KIB.

Pembahasan soal capres dari KIB kemungkinan besar baru akan dilakukan kembali awal tahun 2023. Itu sejalan dengan keinginan PAN dan PPP, di mana kedua partai akan mengerucutkan sikapnya soal capres dan cawapres melalui ajang rakernas atau mukernas masing-masing.

Terkait kemungkinan pembahasan soal capres dan cawapres KIB akan dilakukan secara mendalam di awal 2023 juga sudah disampaikan pada pertemuan konsolidasi 7 November silam di Makassar, Sulsel. Saat itu, merujuk pada pemberitaan media, Airlangga Hartarto, Zulkfli Hasan (PAN) dan Mardiono (PPP), banyak mengumbar senyum, guyub atau gayeng, seperti mengisyaratkan bahwa mereka sangat kompak dan KIB baik-baik saja.

Saat itu, secara terbuka pula Zulhas dan Mardiono mengurai puja-puji pada Airlangga Hartarto. Apakah itu menjadi kode keras bahwa keduanya setuju menjadikan Airlangga Hartarto sebagai capres KIB? Waktu yang akan menjawabnya.  

Satu hal yang juga sudah mereka sepakati sejak awal, figur capres harus orang partai. Bukan dari luar partai. Untuk cawapres, lebih fleksibel. Kompetisi cawapres bisa melibatkan sosok dari luar partai.

Ihwal cawapres bisa dari orang luar partai, juga menjadi perbincangan hangat di Koalisi Indonesia Raya. KIR yang sementara beranggotakan Gerindra dan PKB disebut-sebut tidak menutup pintu bagi orang luar partai untuk melamar posisi cawapres. Kendati begitu, PKB masih mencoba mengunci posisi cawapres tersebut dengan memperjuangkan ketua umumnya, Muhaimin Iskandar, sebagai pendamping Prabowo Subianto.
 
Keinginan, atau lebih tepatnya mungkin kengototan, PKB menjadikan Cak Imin cawapres untuk Prabowo Subianto inilah yang membuat KIR seperti bergelora. KIR memang belum secara resmi mendeklarasikan Prabowo sebagai capres, yang sudah menjadi tekad Gerindra, sebagaimana Golkar bertekad memajukan Airlangga Hartarto.

KIR, seperti juga KIB, masih berupaya menggaet partai lain. Baik partai lama atau yang baru berkontestasi di pemilu.

Terkait sosok cawapres, nama Erick Thohir berpotensi makin menguat sebagai pendamping bagi siapa pun yang diketengahkan sebagai pengganti Joko Widodo pada 2024. Namun, sulit memperkirakan Erick Thohir akan dipilih oleh Prabowo Subianto, misalnya. Pasalnya, Erick Thohir adalah Ketua Tim Nasional Kampanye (TKN) pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin di Pilpres 2019 lampau. Kita tahu, duet Jokowi-Ma'ruf mengungguli pasangan Prabowo-Sandiaga Uno lumayan telak.

Walau begitu, tidak sedikit elit politik yang mengasumsikan jika Erick Thohir tetap bisa masuk dalam radar timses Prabowo Subianto. Ada pertimbangan tersendiri untuk menduetkan Prabowo dengan Erick Thohir. Salah satunya, untuk menghilangkan dikotomi cebong dan kampret, yang makin menumbuhkan polarisasi menjelang dan pasca Pilpres dulu.

Analisis lain, Erick Thohir juga disebut-sebut menjadi salah satu bakal calon wakil presiden yang akan diusung PAN dan PPP. Menteri BUMN yang juga ketua umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) itu belakangan memang lengket dengan elit dan petingggi PAN-PPP.

Mengutip media, teriakan "cawapres" kerap mewarnai keberadaan Erick Thohir di berbagai acara, termasuk saat mendampingi kegiatan Presiden Jokowi. Erick Thohir, yang dipercaya Jokowi mengetuai acara pernikahan putra bungsunya, Kaesang Pangarep dengan Erina Gudono pada Desember nanti di Yogya dan Solo, akhir pekan lalu menghadiri acara Rapat Pimpinan Wilayah (Rapimwil) PPP Jawa Tengah. Teriakan 'cawapres' mewarnai kedatangan Erick di acara PPP itu.

Erick Thohir, kata Wakil Ketua Umum PPP Arsul Sani, sebelumnya juga ikut memberikan materi di acara bimbingan teknis (bimtek) anggota DPRD provinsi dan kabupaten/kota se-Indonesia. "Tidak mengherankan kalau Erick Thohir menjadi favorit di internal PPP," kata Arsul Sani kepada media.

Potensi Erick Thohir menjadi bacawapres dari KIB bukannya tidak ada sama sekali. Erick Thohir bahkan bisa menjadi bahan bargaining dari PAN dan PPP dalam upaya menduetkannya dengan Airlangga Hartarto. Dengan tekad bulat Golkar memajukan Airlangga Hartarto sebagai capres, PAN dan PPP bisa menegosiasikan sosok Erick Thohir sebagai pendampingnya.

Duet Airlangga Hartarto-Erick Thohir sekaligus juga bisa menjadi jawaban atas kriteria pemimpin masa depan yang dibutuhkan bangsa ini. Pemimpin yang mampu menjawab berbagai tantangan besar dan berat di bidang ekonomi. Pemimpin yang mampu meneruskan kinerja keberhasilan dari pendahulunya, Jokowi...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun