Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Anies Masih Bingung, Tak Mungkin Memilih Gibran

18 November 2022   14:17 Diperbarui: 18 November 2022   14:25 125 0
ANIES Rasyid Baswedan dinilai tengah menerapkan strategi politiknya dalam pencarian bakal pendampingnya di Pilpres 2024. Bakal calon (bacalon) presiden yang diusung NasDem ini sudah menemui sejumlah tokoh, dari Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, kader PKS Ahmad Heryawan, Panglima TNI Andika Perkasa, dan terakhir Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka.

Walau secara umum apa yang dilakukan Anies dianggap lumrah, namun dalam pandangan banyak elit politik apa yang dilakukan oleh mantan gubernur DKI Jakarta itu mencermimkan kebingungannya. Apalagi dari pertemuannya dengan Gibran, putra sulung Presiden Joko Widodo, yang secara politik dinilai belum matang.

Pertemuan Anies dengan Gibran itulah yang memicu perdebatan atau saling sindir dan sentil antara elit NasDem dan Demokrat. Saling sindir yang dikhawatirkan makin membuat rencana pembentukan Koalisi Perubahan seperti jauh panggang dari api.

Bukan hanya elit Demokrat yang kebakaran jenggot dari pertemuan itu, akan tetapi juga PDIP. Bisa dipahami, Gibran adalah kader PDIP. Apa maksud Anies bertemu Gibran? Sudah ada elit PDIP yang menuding jika Anies ingin memecah belah PDIP.

Elit PDIP tidak yakin jika langkah Anies menemui Gibran dalam konteks pencarian bakal calon cawapres untuk Pilpres 2024. Anies dituding hanya mencari keuntungan politik. Pertemuan  itu tidak ada hubungannya dengan rencana mengajak Gibran sebagai cawapresnya. Anies hanya ingin meningkatkan perolehan suaranya di Jateng, kelak.

Asumsi itu diperkuat dengan kenyataan bahwa Gibran belum matang secara politik, sehingga mungkin tidak terbersit pula dalam benaknya untuk menjadi cawapres atau dijadikan cawapres. Satu hal yang pasti, Gibran berkehendak menjadi gubernur DKI Jakarta.

Dengan demikian, sebagaimana disampaikan pengamat politik Adi Prayitno kepada Kompas.com, Gibran sekadar memainkan gaya berpolitiknya saja. Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia lantas menngingatkan pertemuan Gibran dengan Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Ketua DPR RI Puan Maharani. Apa tujuan Gibran memamerkan pertemuan dengan tiga kandidat calon presiden tersebut?

Aksi yang dilakukan Gibran, kata Adi Prayitno, merupakan gaya politik Gibran. Dosen politik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Ciputat, itu, menilai Gibran memang tengah merawat komunikasi dengan para figur potensial, khususnya dengan dua osok yang berada dalam satu gerbong dengan Gibran: Ganjar dan Puan.

Yang memantik keramaian, karena Gibran bertemu Anies, yang selama ini disebut sebagai sosok antitesa Jokowi. Namun, Gibran mau bertemu dengan Anies, oposan dari ayahnya.

Di tengah serangan dari kubu PDIP, silaturahmi politik Anies mendapat tanggapan positif dari elit partai lainnya, di antaranya dari Wakil Sekretaris Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Maman Imanulhaq. Pertemuan Anies dengan Gibran tak perlu disikapi serius, itu sekadar merefleksikan kebingungan Anies saja.

Anies tak mungkin meminta atau mengajak Gibran sebagai bakal calon cawapresnya, karena dia tahu Gibran adalah salah satu kader masa depan terbaik dari PDIP dan sangat mungkin menjadi kesayangan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Anies tak mungkin berani bermain api dengan PDIP, yang dia pahami sangat memusuhinya.

Anies, kata Maman Imanulhaq, juga didera kebingungan karena pilihannya akan sangat menentukan pembentukan Koalisi Perubahan. Belum terbentuknya Koalisi Perubahan lantaran Demokrat dan PKS masih memaksakan cawapres bagi Anies harus berasal dari partai koalisi.

Dalam pandangan Maman Imanulhaq, seperti tertuang dalam wawancaranya dengan Kompas.com, sebenarnya bukan Anies saja yang sedang kebingungan. Begitu juga dengan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Meski relatif tenang, KIB masih kesulitan menetapkan capres dan cawapres dari kalangan internal. Itu juga yang membuat KIB masih membuka diri dengan mencari anggota baru.

Maman Imanulhaq menyebut langkah KIB sebagai konsolidasi politik. Itu juga yang terus dilakukan oleh Gerindra dan PKB. Mereka juga masih berjuang mencari tambahan anggota, termasuk dengan merayu PKS.

Penentuan capres dan cawapres memang tidak mudah. Semua pihak harus bersabar dalam melihat komposisi yang terbaik. Bisa dipahami jika KIB dan koalisi Gerindra-PKB juga belum menyepakati capres dan cawapresnya. Sejauh ini, nama capres yang akan diusulkan baru dari masing-masing partai saja. Misalnya, Golkar yang jauh-jauh hari memutuskan Ketua Umumnya, Airlangga Hartarto, disusul kemudian Gerindra yang mendeklarasikan Prabowo Subianto.

Perkembangan terkini, PKB tidak keberatan jika Prabowo Subianto menjadi capres dari koalisi mereka. Namun, PKB juga mengajukan syarat, yakni Prabowo harus memilih Muhaimin Iskandar sebagai cawapresnya.

Dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar sendiri sudah lama menyatakan kesiapannya sebagai capres. Poster, baliho dan bilboard bergambar wajahnya sudah terpasang di banyak daerah dan tempat....

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun