Kira-kira begitu yang ada dalam benak sebagian besar pemilik kendaraan roda empat. Padahal untuk ukuran orang sudah bisa membeli mobil, sebenarnya mengeluarkan uang untuk biaya perawatan mobil itu tidak terbilang mahal jika dibandingkan dengan harga mobil yang dimiliki. Apalagi perawatan berkala yang bisa membuat mobil menjadi lebih nyaman, berumur panjang, dan mencegah terjadinya rusak berat.
Banyak orang yang tidak percaya dengan bengkel resmi dari produk mobil yang ia miliki. Selain tadi biaya yang mahal, juga kadang setelah mobil diservis dibengkel resmi banyak menambah biaya karena ternyata ada beberapa komponen yang sudah rusak atau tidak layak pakai.
"Suku cadang dan biaya jasanya juga lebih mahal kalau dibengkel resmi."
Sekarang saya beri gambaran. Ketika kita servis mobil di bengkel resmi, kita akan disambut satpam yang ramah. Kita mengambil nomor antrian, kemudian akan ditangani oleh seorang Service Advisor (SA). Disana kita akan ditanya secara rinci mengenai keluhan dan kondisi mobil. Sambil menunggu proses perbaikan mobil, kita disuruh menunggu di tempat khusus yang sudah disediakan. Ruang tunggu yang ber-AC, ada televisi, dvd player, roti dan minuman gratis untuk pelanggan yang sedang menunggu mobilnya dalam proses perbaikan.
Berbeda dengan bengkel umum biasa yang pelayanan dan kenyamanan pelanggan dalam menunggu proses perbaikan kurang begitu diperhatikan.
"Kemarin saya sudah servis dibengkel umum, tapi kok keluhannya belum hilang ya?"
Akhirnya kita membawa mobil kita untuk diperbaiki di bengkel resmi setelah perbaikan dibengkel umum tidak ada hasilnya. Dibengkel resmi ada orang yang khusus untuk mendiagnosa masalah yang dikeluhan oleh pelanggan. Orang itu sudah ahli dan memang sudah sangat menguasai dalam masalah-masalah yang terjadi pada mobil. Jadi tidak ada prakiraan, karena memang sudah diteliti dengan benar.
Suku cadang yang tidak asli sebenarnya akan membuat bagian lainnya dari mobil kita menjadi rusak. Misal saja sepatu rem depan yang tidak asli akan membuat disc brake menjadi termakan dan tidak rata. Akhirnya mau tidak mau kita harus mengganti disc brake yang jauh lebih dari sepatu rem. Andai saja menggantinya dengan suku cadang yang asli, pasti kita tidak akan mengeluarkan biaya yang lebih besar dari sebelumnya.
Masih maukah pilihan yang terbaik itu menjadi pilihan yang terakhir?