Gambar jelekku yang menghiasi puisi tak kalah jelek milikku telah menyeretku pada pertarungan antara anak muda kota dan desa, motor ‘laki’ bagus dan motor-motor buntut tanpa STNK (salah satunya dimodifikasi jadi becak, masih ada sisa sayur dagangan tertinggal, selendang dan bau emak-emak pasar di jok depan), helm-helm mahal lawan penutup kepala yang kebanyakan topi dipakai terbalik, sangat mencolok di mataku topi berbordir gambar macan melompat, bertuliskan ‘UMPA’, bajakan dari salah satu branded tenar.
KEMBALI KE ARTIKEL