******
Puisi ini epik, Â tragedi dan komik, kata aristoteles. puisi menggambar semua wajah. dari realitas majazi ke yang asli dan konkret. suatu realisme atau eksistensialisme.
Begitupun rindu, Â kataku
wajah rindu dihempas jembatan, Â atau ia berderai di pecahan ombak di ujung pantai paling sepi, tanpa engkau di situ.
Wajah rindu terbelah, Â dalam selaksa ufuk jiwa, Â dari impresi impresi yang ditangkapnya. dari slogan slogan. dari pasar pasar modern yang sempit.
Hidup jadi lautan rindu. atau ianya hanya hutan rindu.