***
Aku menguap, kututup dengan sebelah tangan, sambil kubayangkan kota yang pengap, dan berfikir tentang obat.
Memang, lelah seharian akan dibalas dengan pengampunan, tapi kantuk ini
adalah hal lain, badan begitu penat, rasanya asik bila mandi air hangat. ( istri dan anak anakku telah tidur, seorang lagi sedang hampir tidur sambil memegang buku catatan)
Dan kulihat, benda benda yang tak kusangka berlarian dari mulutku, keluar dari kepala, menari nari di sekitar telinga, lalu menjadi lampu lampu hias di jembatan kota atau di taman malam, ada sisa rembulan di atasnya.
Di sebuah kamar kerja, aku masih ingin mencari obat kantuk, atau melawannya beberapa menit saja.
Tapi kantuk ini begitu liar, bagai kilatan listrik, dan, Ah... kubiarkan isyarat tubuh
menjinakkan mata, tanpa kopi atau racikan kimia.
Hanya sekulum doa, berharap PenjagaanNya