***
Ini cerita lama. cerita yang turun temurun. dari tutur ke tutur. sebagian ditulis dan diadaptasi sana sini. sehingga cerita Abu Nawas ini beragam versinya. kehidupan dan sosoknya memang asli, beberapa joke nya sangat aktual, sarat moral dan reflektif. dia juga punya karya khusus berupa kumpulan syair pasca pertaubatannya.
Kembali ke judul : saya dengar kisah ini dari kakek, sejak kecil dulu, dari beberapa buku saya belum temukan versi judul di atas.
Memindahkan masjid, bagaimana?
Sebab ini kemauan raja dan diperlukan relokasi segera untuk kepentingan negara, begitulah agaknya. Tanpa ada tender yang panjang.
Tentu Abu Nawas termasuk dari jajaran konsultan"nya raja. walau sesekali sang raja usil kepadanya untuk sekadar refresing.
Tapi kali ini, raja memang sedang pusing. setelah dijumpai, Abu Nawas pun setuju dengan maksud raja untuk memindahkan masjid ke tempat yang lebih strategis.
Abu Nawas punya syarat. Yaitu, orang orang mesti berkumpul di balai kota atau di pusat kota Baghdad.
Setelah tiba waktunya, dan raja telah memberikan sambutan, tiba giliran Abu Nawas yang bicara dan bersiap siap untuk memindahkan masjid.
Dengan suara yakin dan agak lirih, Abu Nawas berkata : Bila memang keputusan memindahkan masjid ini sudah bulat, maka saya siap menanggung resikonya. saya akan memindahkan masjid ini ke lokasi yang dimaksud. Maka mohon kiranya para hadirin dan para tuan sekalian untuk beramai ramai mengangkat masjid ini ke PUNDAK saya BIAR dapat saya pindahkan segera.
Mendengar ucapan Abu Nawas yang di luar perkiraan mereka, suasanapun jadi riuh. Abu Nawas dianggap telah mempermalulan raja dan mempermainkan masyarakat. Muka sang raja jadi memerah, ingin marah.
Banyak suara suara bermunculan agar Abu Nawas diberi hukuman. Dan dia akan dihukum dengan dijebloskan ke sel harimau! (selamatkah Abu Nawas?)