Bersama pecahan sisa bintang semalam
aku memungut serpihan rembulan yang keemasan dalam instalasi romantisme abad dua belasan.
aku mengingat tiga kota utama. Lalu mengendap ke Baghdad, Andalus, Mesir dan Turki.
Lupakan Benua Gelap dalam catatan Batutah, sebelum Marcopolo ataupun Colombus. Lupakan Eropa dengan renesein dan revolusi industri.
Sebab, enam ratus tahun sebelum itu, pusat Iraq telah menjadi mercu suar dunia untuk pendidikan, kesehatan dan ekonomi-politik.
Dari sini dunia mengenal pentingnya mencuci tangan, membuat kamar mandi, irigasi, minyak wangi, menyikat gigi, berpakaian rapi, operasi bedah, bahkan teknik dasar robot dan teknik terbang Ibnu Firnas.
Saat ini, pada zaman tua dalam capaian informasi-digital dengan semangat kebebasan yang pincang, aku ingin memungut pecahan cahaya rembulan yang menjadi rimah hidangan pasar dunia dengan peradaban mesin, angkuh dan kosong.