Disini, tempat kita berpijak ini
hanya mengenal senang yang majazi
Senang yang bergelayut di bayang
bayang dan terurai dalam beragam persepsi: kusebut kesenangan layar
kaca, kesenangan penuh jebakan.
Kita menemukan kesenangan dalam kelezatan yang diinginkan, itulah senang kekanakan. Itulah kesenangan yang paling rendah. Bila hidangan lezat adalah dengan sesuai keinginan, apa beda kita dengan si kecil yang merengek karena menu yang tak sesuai selera?
Telah banyak kesenangan yang kita perturutkan. Sebagian kesenangan itu dibolehkan, namun si pencari menemukan kesenangannya dalam menahan keinginan. Ini bukan pelarian, selama engkau memahami dan menghayati maknanya.
Disini, di atas yang kita pijak ini
kesenangannya hanya majazi.
Cukup dengan akal murni
maka engkau akan memahami.
Lihatlah di seharian,
semua datang dan pergi.
Kesenangan badani takkan terlampaui
Dunia ini hanya kepuasan kecil
yang kita sangka cukup untuk semua dahaga.
Sebelum semuanya terputus,
mari kita rangkai kesenangan yang menenteramkan, kesenangan yang tak melalaikan. Kita menunda kesenangan untuk kesenangan yang tiada putus.
Itu didapat dalam keyakinan yang tepat, kebenaran dan ketaatan.
Taufik Sentana
peminat kajian sufistik, praktisi pendidikan Islam.