Jika dikaitkan dengan kondisi negara kita ini, maka jelas banyak sekali orang-orang yang pandai berteori di negeri ini. Ini jelas bisa dilihat di acara-acara debat yang bertebaran di televisi. Ataupun artikel-artikel di media massa, bahkan ceramah-ceramah keagamaanpun penuh dengan teori-teori yang bagus-bagus. Tapi bagaimanakah dengan prakteknya? Jika ada begitu banyak orang pandai di negeri ini maka bisa diharapkan bahwa negara ini bisa segera menjadi negara yang maju. Atau minimal bebas korupsi. Tapi kenyataannya adalah bahwa biarpun banyak yang berteori tentang memajukan negara ini, kemajuan negara ini terhitung sangat lambat, bahkan cenderung ketinggalan jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Biarpun banyak bermunculan teori anti korupsi, tetap saja korupsi menjadi ciri khas negeri ini. Antara teori dan praktek, antara harapan dan kenyataan, terdapat gap yang sangat besar.
Contoh lain yang legendaris adalah kemampuan bangsa ini untuk membuat proyek-proyek baru, tapi sama sekali tidak punya kemampuan untuk memelihara kelangsungan proyek itu. Sehingga semua akhirnya kembali ke awal lagi, ke awal lagi. Proyek baru lagi, proyek baru lagi. Tidak pengembangan yang berkesinambungan. Akhirnya bangsa ini hanya jalan di tempat saja. Semua atas nama uang baru, dan bagi-bagi rejeki baru. Itu di level atas. Di level bawahpun tak kalah mirisnya. Rakyat kecilpun lebih fokus ke bikin anak baru. Sama sekali tidak mempedulikan bagaimana cara memelihara anak ini kelak. Maka anak-anak miskinpun banyak bermunculan. Bukan hanya miskin finansial, tapi juga miskin moral.
Kembali ke masalah banyaknya orang pintar di negeri ini. Maka beginilah analisa sederhananya kira-kira:
- Hampir semua ahli teori tidak pandai dalam hal prakteknya, atau
- Hampir semua ahli praktek kurang kuat landasan teorinya, atau
- Sebenarnya ahli teori juga ahli praktek, akan tetapi antara teori dan prakteknya sama sekali nggak nyambung atau tidak mampu menyambungkannya, atau
- kemungkinan lainnya????