Cahaya yang bisa dipercaya, hanya satu, itupun berasal dari lampu motorku. Walaupun bukan halogen, lampu itu cukup bisa menantang kabut dengan jarak pandang 30 meter. Keadaan seperti itu, memaksa kecepatan hanya 20 km/jam. Ditambah kondisi jalan yang penuh dengan lobang dan genangan air.
Pikiran seakan melayang untuk segera tiba di rumah. Mandi, setelah itu minum teh hangat sambil mendengar LiteFM. Namun, pikiran itu hanya bentuk harapan. Kenyataanya, perjalanan masih panjang. Saat itu, hal yang dikhawatirkan bagi pengendara motor hanya satu. “Ban motor jangan bocor! Pliiis!”
Ternyata yang dikhawatirkan bukan hanya ban bocor. Tapi tiba-tiba, pandanganku melihat sesosok. Membuat jantung berdegup kencang. Napas tersengal dan berat. Tidak mungkin berbalik, karena jauhnya sama. Bulu kuduk merinding, ditambah keringat dingin yang mengucur tanpa diduga. Segala kemungkinan akan hal mistik berkelebatan mengisi imajinasi. Mantra dizikir seakan menjauhi karena hari ini aku berdosa.
Jarakku hanya beberapa meter lagi dengan sosok itu. Aroma melati menusuk hidung. Santer sekali. Rambutnya panjang, dia sedang duduk membelakangiku, di pinggir jalan. Asap keluar dari balik rambut panjangnya. “Oh, no!”
Pandanganku mantap ke depan. Tidak peduli dengan sosok itu. Namun, rasa ingin tahu ini memupuskan kemantapan itu. Ketika kami berpapasan dan bertemu pandangan. Sosok itu mengucapkan sesuatu, sambil mengeluarkan asap rokok :
“Eeeeh, Bang mampir! Yuuuk, kita mojook! Akikaah belon ada gaetan, niich! Duuuh, cuapeeh deee disini, booow!”