Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Indonesia, India dan Pakistan, Siapa Mengatur Siapa?

26 Januari 2025   17:45 Diperbarui: 26 Januari 2025   17:45 85 2

Kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ke India pada 23--26 Januari 2025 menyoroti hubungan diplomatik strategis Indonesia dengan salah satu mitra utama di Asia Selatan. Namun, pembatalan kunjungan yang direncanakan ke Pakistan setelah kunjungan ini memunculkan pertanyaan: apakah diplomasi Indonesia di bawah Prabowo canggih dalam menjaga keseimbangan geopolitik, ataukah terlalu rentan terhadap tekanan dari negara lain seperti India? Artikel ini membahas dinamika di balik peristiwa ini serta bagaimana strategi diplomasi Indonesia dapat dilihat di era kepemimpinan Prabowo.

Konteks Diplomasi Indonesia-India-Pakistan

India dan Pakistan telah lama berada dalam ketegangan geopolitik, terutama terkait isu Kashmir dan rivalitas yang melibatkan kekuatan militer serta diplomasi global. Dalam situasi ini, kunjungan pemimpin negara ketiga ke salah satu pihak sering kali dianggap sebagai bentuk dukungan tidak langsung.

Indonesia, sebagai salah satu negara terbesar di ASEAN dan anggota G20, memiliki hubungan baik dengan India dan Pakistan. India adalah mitra dagang penting dan sekutu strategis di kawasan Asia Selatan. Di sisi lain, hubungan dengan Pakistan juga memiliki dasar yang kuat, termasuk kerja sama di bidang pertahanan dan solidaritas dalam isu-isu dunia Islam.

Ketika rencana kunjungan Presiden Prabowo ke India diikuti dengan Pakistan, hal ini memunculkan kekhawatiran di New Delhi. India dilaporkan merasa keberatan karena kunjungan tersebut dapat dilihat sebagai "penyeimbangan" yang berpotensi mengurangi makna hubungan strategis antara India dan Indonesia.

Pembatalan Kunjungan ke Pakistan: Tekanan atau Strategi?

Menurut laporan, rencana kunjungan Presiden Prabowo ke Pakistan pada 26--28 Januari 2025 dibatalkan setelah adanya tekanan dari pihak India. India menilai kunjungan tersebut akan mengirimkan pesan ambigu, terutama mengingat rivalitasnya dengan Pakistan.

Namun, pembatalan ini menimbulkan spekulasi tentang strategi diplomasi Indonesia. Ada dua pandangan utama:
1.Diplomasi Canggih dan Realpolitik:
Dalam pandangan ini, pembatalan kunjungan ke Pakistan adalah langkah diplomasi yang realistis. Indonesia, di bawah kepemimpinan Prabowo, mungkin melihat India sebagai mitra strategis yang lebih penting secara ekonomi dan geopolitik dibandingkan Pakistan. Sebagai anggota BRICS dan salah satu kekuatan ekonomi terbesar di Asia, India memiliki pengaruh besar dalam politik global, yang bisa dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memperkuat posisinya di kawasan.
Selain itu, keputusan ini dapat dilihat sebagai cara Indonesia menjaga hubungan baik dengan India tanpa memutuskan hubungan dengan Pakistan. Dengan kata lain, Indonesia mencoba menghindari konflik langsung dengan kedua pihak dan fokus pada keuntungan jangka panjang.
2.Tunduk pada Tekanan Luar Negeri:
Di sisi lain, pembatalan ini juga bisa dilihat sebagai tanda bahwa diplomasi Indonesia terlalu tunduk pada tekanan internasional, dalam hal ini India. Beberapa pihak mungkin mempertanyakan mengapa Indonesia tidak dapat mempertahankan kebijakan luar negeri yang lebih mandiri dan berani. Sebagai negara besar dengan prinsip non-blok, Indonesia seharusnya mampu menjaga hubungan baik dengan kedua negara tanpa harus mengikuti kehendak salah satu pihak.

Strategi Diplomasi Indonesia di Era Prabowo

Diplomasi Indonesia di bawah Presiden Prabowo Subianto tampaknya berfokus pada beberapa aspek utama:

1. Hubungan Strategis dengan Kekuatan Besar

Prabowo berupaya memperkuat hubungan dengan negara-negara besar seperti India, Tiongkok, dan Amerika Serikat. India, misalnya, adalah mitra penting dalam kerja sama ekonomi dan pertahanan. Kunjungan Prabowo ke India mencakup pembahasan perdagangan bilateral, kerja sama teknologi, dan penguatan hubungan militer.

Di sisi lain, hubungan dengan Pakistan lebih bersifat spesifik, seperti kerja sama pertahanan dan solidaritas dalam isu-isu Islam. Hal ini menunjukkan prioritas yang berbeda dalam diplomasi Indonesia, di mana hubungan dengan India memiliki bobot lebih besar.

2. Pendekatan Realistik dan Fleksibel

Prabowo tampaknya mengadopsi pendekatan diplomasi yang pragmatis. Dalam kasus ini, keputusan untuk membatalkan kunjungan ke Pakistan mungkin didasarkan pada analisis bahwa manfaat dari menjaga hubungan baik dengan India lebih besar dibandingkan risiko dari membatalkan kunjungan ke Pakistan.

3. Menjaga Keseimbangan Regional

Sebagai negara ASEAN, Indonesia memiliki tanggung jawab untuk menjaga stabilitas di kawasan. Dalam konteks ini, kebijakan luar negeri Indonesia harus memastikan bahwa tidak ada pihak yang merasa terancam atau diabaikan. Keputusan Prabowo mungkin mencerminkan upaya untuk menjaga keseimbangan ini, meskipun sulit di tengah rivalitas India-Pakistan.

4. Prioritas Ekonomi

Diplomasi Indonesia juga berfokus pada kepentingan ekonomi. India adalah salah satu mitra dagang terbesar Indonesia, dengan hubungan perdagangan yang terus berkembang. Menjaga hubungan baik dengan India adalah langkah penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.

Kritik dan Tantangan

Meskipun langkah diplomasi Indonesia tampak realistis, ada kritik yang muncul terhadap pendekatan ini:
1.Kemandirian Diplomasi:
Beberapa pihak mungkin merasa bahwa pembatalan kunjungan ke Pakistan menunjukkan kurangnya kemandirian dalam kebijakan luar negeri Indonesia. Sebagai negara dengan prinsip non-blok, Indonesia seharusnya mampu menjaga hubungan baik dengan kedua negara tanpa harus tunduk pada tekanan salah satu pihak.
2.Potensi Dampak Negatif di Dunia Islam:
Pakistan adalah salah satu negara dengan mayoritas Muslim yang memiliki hubungan baik dengan Indonesia. Pembatalan kunjungan ini dapat menimbulkan persepsi negatif di dunia Islam, terutama jika dianggap sebagai bentuk keberpihakan terhadap India.
3.Rivalitas Geopolitik yang Rumit:
Dengan menjaga hubungan baik dengan kedua negara, Indonesia harus hati-hati agar tidak terjebak dalam rivalitas geopolitik yang lebih besar. Langkah diplomasi yang salah dapat mengancam posisi Indonesia sebagai mediator yang netral.

Kesimpulan

Pembatalan kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Pakistan setelah kunjungan ke India mencerminkan kompleksitas diplomasi Indonesia dalam menghadapi rivalitas geopolitik global. Di satu sisi, langkah ini menunjukkan pendekatan pragmatis dan fleksibel dalam menjaga hubungan dengan mitra strategis utama seperti India. Namun, di sisi lain, keputusan ini juga memunculkan pertanyaan tentang kemandirian diplomasi Indonesia dan kemampuannya untuk menjaga hubungan seimbang dengan semua pihak.

Dalam era globalisasi dan ketegangan geopolitik yang terus meningkat, strategi diplomasi Indonesia di bawah Prabowo akan terus diuji. Apakah Indonesia mampu menjaga prinsip non-bloknya, ataukah akan semakin dipengaruhi oleh tekanan eksternal? Hanya waktu yang akan menjawab. Yang jelas, Indonesia harus terus berupaya menjaga posisi strategisnya sebagai negara besar yang dihormati di panggung internasional.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun