Hujan turun deras malam itu, membasahi jalan kecil di depan rumah sederhana keluarga Pak Rahmat. Lampu di ruang tamu redup, menciptakan bayangan-bayangan samar di dinding. Bu Siti duduk terpekur di atas sajadahnya, tubuhnya terasa lemah. Air mata tak kunjung berhenti membasahi pipinya. Dalam benaknya, ia terus memutar ulang kenangan pahit itu---kenangan bagaimana mimpi mereka sekeluarga menuju Tanah Suci hancur lebur.
KEMBALI KE ARTIKEL