Korea terkenal sebagai negri yang menghasilkan produk kenamaan baik kendaraan bermotor, telpon genggam, komputer dan berbagai perangkat eletronik lainnya.Tetapi di negri yang dijuluki ‘Land of the Morning Calm” ini juga kebudayaan tradisional baik musik, tari, dan teater masih tetap dijaga kelestariannya.
Di Kawasan Myeong Dong yang merupakan salah satu pusat perbelanjaan dan hiburan di kota Seoul, dapat dijumpai sisi lain dari seni pertunjukan yang menggabungkan unsur seni tradisional dan teater modern yang terbukti telah menghibur jutaan penonton baik di Korea maupun di mancanegara.
Kerlap-kerlip lampu neon dan riuh rendah suasana malam menyambut kemunculan saya dari stasiun metro line 1 Myeongdong.Jalan-jalan yang ramai dan hanya diperuntukan bagi pejalan kaki serta deretan toko-toko membuat kawasan ini tetap hidup sampai larut malam.Dan di sebuah gedung bernama “Unesco House” yang tidak terlalu luas terdapatlah Nanta Theatre yang hanya diberi petunjuk sebuah papan nama kecil berwarna merah.
Saya harus naik tangga sampai ke lantai 3 dan kemudian tiba di lobby theatre ini.Di dinding tangga ini dapat dilihat posterbertuliskan Nanta bergambarkan para pemain berseragam koki sedang beraksi dengan bermacam-macam alat dapur.
Kebetulan petunjukan jam 20.00 sebentar lagi mulai dan masih ada beberapa kursi yang kosong.Ada beberapa pilihan harga tiket mulai dari 40 ribu Won sampai 80 ribu Won.Ketika saya memasuki gedung, hampir semua kursi sudah terisi .
Lima menit kemudian, tepat pukul 8 malam, lampu pun dipadamkan. Petugas theater sibuk mengingatkan penonton agar tidak mengambil foto atau video selama pertunjukan.Suasana penuh komedi sudah terasa bahkan ketika pertunjukan belum dimulai dimana penonton disarankan agar berkenalan dengan orang yang duduk di samping kanan dan kiri. Sementara di layar putih tertulis kata Anyonghaseyo dan Hello.
Pertunjukan dimulai dengan penampilan empat orang yang berpakaian sebagai juru masak dan mulai memainkan “Samul Nori”, yaitu sejenis musik tradisional Korea . Jenis musik ini aslinya dimainkan menggunakan empat jenis alat musik tradisional berupa gong dan drum yang di pertunjukan Nanta ini diganti oleh alat dapur seperti pisau dan juga botol air mineral.
Kisah utama Nanta adalah tiga orang koki yang ditugaskan untuk mempersiapkan makanan untuk pesta perkawinan.Sang manajer memberi meraka waktu sampai jam 6 untuk menyelesaikan tugas itu.Namun pada saat yang bersamaan sang manajer juga menugaskan keponakannya untuk ikut membantu. Berbagai kekonyolan pun kemudian terjadi di antara keempat tokoh utama ini.
Pertunjukan yang sebagian bersar non-verbal dan sekali-kali diselingi dengan satu dua kata dalam bahasa Inggris ini terbukti sangat menghibur. Dalam waktu 1 jam 45 menit penonton disuguhkan kemahiran empat pemain yang terdiri dari satu orang gadis dan tiga pemuda ini dalam memainkan alat musik, akrobatik, dan juga pantomin.
Selain itu, pertunjukan juga dikombinasikan dengan partisipasi penonton yang diajak untuk ikut main di atas panggung.Sepasang penonton yang diberik kostum koki ikut larut dalam kocaknya pertunjukan dan diakhiir dengan tempik sorak seluruh hadirin.
Selesai pertunjukan, penonton dapat membeli beberapa souvenir baik T-Shirt, pulpen dan pernak-pernik lainnya.Di lobby ini kita juga dapat melihat bahwa pemeran ‘Cookong Nanta “ terdiri dari beberapa set crew yang diberi nama dengan bermacam-macam warna seperti red, blue, brown.black, purlple, yellow dan white.Kebetulan yang sedang main pada malam itu adalah crew dengan warna ‘white”.
Waktu sudah hampir pukul 22 malam ketika saya dengan perlahan menuruni tangga dan meninggalkan “ Nanta Theatre”. Suasana gemerlap kawasan Myeong Dong masih saja tetap ramai dan sibuk. Dengan Metro Line 2 dari Stasiun Eljiro 1(il) Ga saya pun kemudian kembali ke hotel sambil membaca brosur tentang grup yang pertama kali manggung pada 1997 ini.
Di brosur ini dijelaskan sekilas sejarah tentang Cooking Nanta.Ternyata, dengan modal alat dapur dan musik tradisional Korea mereka telah melanglang buana sampai ke ujung-ujung dunia.
Seoul, September 2013