Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Tandatangan Perjanjian Dulu Sebelum Bermain dengan Satwa Liar di Akagera, Rwanda

8 Desember 2012   16:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:59 511 2

“Dulu nya tempat ini sudah termasuk bagian dari Taman Nasional “, Isaac, sang pengemudi yang merangkap pemandu mulai bercerita tentang Akagera National Park .Kisah kemudian dilanjutkan dengan latar belakang mengapa daerah ini sekarang menjadi perkampungan .Isaac mulai mengenang kembali kisah gelap dalam sejarah Rwanda yaitu peritiwa genosida pada 1994 yang mengakibatkan banyaknya pengungsi ke negara tetangga terutama Uganda.

Ketika genosida sudah selesai dan fase rekonsiliasi dimulai, banyak pengungsi yang kembali ke Rwandadan tidak memiliki tempat untuk berlindung karena rumah-rumah mereka sudah musnah. Pemerintah Rwanda kemudian memutuskan untuk memberikan hampir setengah wilayah taman nasional ini untuk tempat tinggal para pengungsi itu.

Cerita di atas meluncur dengan lancar dari mulut Isaac, sementara di perkampungan ini punsudah banyakkerumunan zebra , impala, dan juga sapiyang dengan bebas berkeliaran di padang rumput yang luas. Semua ini dapat dinikmati walaupungerbang taman nasional masih terlihat di kejauhan sana.

Memasuki pintu gerbang taman nasional yang disebut Nyungwe Entrance, kami bertemu dengan sebuah bangunan mungil yang berfungsi sebagai kantor sekaligus tempat penerima tamu.Di tempat ini terjadi proses pendaftaran dengan mengisi sebuah formulir sekaligus membayar tiket masuk untuk berkunjung ke taman nasional ini.Untuk pengnjung asing, dikenakan tiket sebesar 30 USD sedangkan warga Rwanda hanya 6 USD dan 7 USD untuk kendaraan.

Setelah itu kendaraan pun mulai mengembara di taman yang luasnya lebih dari 1200 km persegi ini. Zebra , impala dan juga thomson gazelle yang merupakan sejenis kijang yang sangat indah menyambut perjalanan kami di Akagera. Setelah itu, rombongan kera liar pun menghadang kendaraan ,Namun ketika deru mesin mulai dikeraskan kera-kera itu pun berlarian ke pepohonan yang ada di sekitar jalan,

Di sepanjang perjalanan, banyak satwa liar yang unik dan hanya ada di padang savanah di Afrika. Salah satunya yang unik adalah sejenis babi liar yang disebut Warthog.Selain itu sejenis kambing hutan yang dinamakan topi juga tampak berkeliaran dengan lincah di padang rumput.

Safari dilanjutkan dengan mendatangi kerumunan banteng liar yang berwarna hitam pekat dan terlihat sangat garang,Asyiknya, bersafari di tempat ini adalah luasnya padang rumput yang dihiasi dengan pohon-pohon kecil dan sesekali dengan pohon tunggal khas Afrika.Kemana -mana mata memandang di sekeliling hanya terlihat hamparan padang rumput yang luas .

Tingkat kunjungan ke taman nasional ini memang masih relatihsedikit, hari ini saja, ketika mengisi buku pendaftaran, kami adalah rombongan kedua yang datang. Ketika saya tanyakan kepada resepsionis, dia menjawab setiap hari taman nasiional ini hanya dikunjungi sekitar enam atau tujuh rombongan wisatawan. Tidak mengherankan kemana pun mata memandang yang terlihat hanyalah hamparan padang rumput dan satwa liar yang mempesona.

Salah satu satwa kebanggan Rwanda adalah hewan yang memiliki leher sangat panjang yaitu, jerapah. Kami sangat beruntung dapat menyaksikan rombongan satu keluarga jerapah dimana selain jerapah dewasa juga tada jerapah yang masih anak-anak.Tentu saja , melihat jerapah dari dekat tanpa penghalang sama sekali memberikan suasana hati yang sangat berbeda dibandingkan dengan melihat jerapah di kebun binantang ataupun taman safari di Indonesia., Kali ini yang dilihat adalah jerapah yang berada bebas dan liar di habitat aslinya yaitu benua Afrika.

Puncak acara adalah mencari satwa yang menjadi ikon benua hitam yaitu gajah Afrika., Tidak mudah untuk mencarinya, namun mata dan naluri Isaac memang sangat tajam hingga mampu menemukan gajah dan kemudian menerobos rerumputan untuk melihat hewan yang menakjubkan ini dari dekat.

Hari semakin siang, dan perjalanan belum juga usai, kendaran terus menembus jalan-jalan bergelombang dan berdebu meuju ke sebuah danau yang sangat indah yaitu Danau Rwanyakizinga.Di sini terlihat satwa raksasayang tampak bergerombol sambilberendam di dalam air danau yang sejuk. Suara kuda nil yang khas sekali-kali memecah kesunyian di salah satu danau terindah yang ada di taman nasionak ini.

Di tempat ini , ada juga rombongan lain yang datang dari Kigali dan ternyata merupakan orang Filipina yang bekerja di kedutaan Amerika di Kigali.,Saya sempat bercakap-cakap dengan keluarga ini sebelum akhirnya mengucapkan selamat tinggal untuk melanjutkan perjalanan kembali ke pos penjagaan.

Dalam perjalanan ini, sempat dijumpai juga kura-kura rombongan hewan-hewan baik zebra, impala, topi dan berbagai jenis burung yang indah. Di pos , kami melapor kembali ke petugas sebelum melanjutkan perjalanan selama sekitar tiga setengah jam kembali ke Kigali.

Sehari perjalanan yang indah di Rwanda, berteman satwa liar, Namun sebelum menikmatibercengkerama dengan satwa liar itu, sebuah perjanjian harus ditandatangani dimana tertulis bahwa pengelola taman nasional tidak bertanggung jawab atas keselamatan kita selama berada di taman nasional yang berada di timur laut negri seribu bukit.

Sekalipunj begitu, kami semua kembali dengan selamat ke Kigali.

Foto: taufikuieks dan Budiono Richwan

Kigali, November 2012

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun