Mohon tunggu...
KOMENTAR
Foodie

Di Rwanda, Pisang Jadi Nasi dan Ikan pun Jadi Sate!

10 Desember 2012   02:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:55 702 4

Mengunjungi suatu kota atau negara belumlah sempurna kalau kita tidak mencicipi makanan khas negara tersebut. Karena itudalam kunjungan ke Rwanda kali ini, kesempatan untuk itu tidaklah dilewatkan begitu saja.

Setelah berkunjung ke Akagera National Park, kendaraan Land Crusier kami pun kembali ,menuju kota Kigali dan melewati tepian DanauMuhazi yang sangat indah dan permai.Sebuah restoran yang yang terletak di tepi danau menarik perhatian kami, terutama dengan kawalan dua buah jerapah di pintu gerbangnya.

Di tepi danau ini, pengunjung dapat duduk santai di semacam sawung dari batu yang bentuknya mirip rumah-rumah khas Afrika. Sambil menunggu pesanan, telinga pun dimanjakan oleh lagu-lagu India yang ceriah dan membuat kaki tidak terasa ikut berjoget. “Pemilik Restoran ini memang etnis India”, demikian jelas Isaac kemudian.

Setelah menunggu hampir satu jam, baru lah pesanan keluar. Makanan khas Rwanda yantu brochette,menjadi salah satu menu andalan di restoran inidan juga selalu tersediadi kebanyakan restoran yang menyajikan masakan Rwanda. Minumannya tentu saja kopi Rwanda yang nikmat. Brochette berupa sate dengan ukuran raksasa dan tusukan yang terbuat dari logam, memang sangat menggugah selera. Terutama bila dinikmati dalam keadaan masih hangat karena baru selesai dipanggang.

Ada beberapa pilihan daging untuk sate khas Rwanda ini.Selain daging sapi ataudomba, maka ikan dari Danau Muhazi pun menjadi salah satu menu andalan untuk kuliner khas negri Rwanda. Namun karena ukurannya yang jumbo, maka satu porsi brochette biasanya hanya terdiri dari dua atau tiga tusuk saja. Saya sendiri hanya mampu menghabiskan dua tusukbrochette ikan,

Rasanya tentu saja sangat mengasyikan. Kalau kita biasa menikmati ikan bakar. Maka kali ini kita menikmati ikan bakar dalam bentuk sate.Brochette biasanya ditemani dengan kentang goreng atau pun “mash potato”.Dan sama sekali tidak pakai bumbu seperti sate di Indonesia.Menurut Isaac, kebiasaan makan kentang bukanlah asli Rwanda, melainkan merupakan warisan kebiasaan makankolonial Jerman maupun Belgia.

Selain Brochette, ada lagi menu masakan di Rwanda yang hampir selalu hadir di meja makan, Makanan ini menjadi makanan pokok atau “nasi” nya orang Rwanda.Bahan dasarnya adalah pisang yang direbus dan dibuat menjadi semacam kolak. Namun rasanya agak hambar dan sedikit asam. Setiap pagi, jika makan di hotel menu pisang ini pun selalu hadir di meja dan kalau tidak salah namanya dalam bahasa Kinyarwanda adalah Akatoga.

Yang juga tidak luput dari perhatian saya ketika menikmati makanan di Rwanda adalah ukuran menunya yang sangat besar.Ukuran menu di Rwanda biasanya bisa dua atau tiga kali lebih besar dibandingkan dengan di Indonesia dan orang Rwanda pun selalu makan dalam porsi yang besar. Tidak heran kalau mereka memang biasa berjalan kaki atau pun berlari setiap hari.

Kalau anda penasaran ingin mencicipi nasi pisang dan sate ikan khas Rwanda, ayo datang ke Kigali!

Kigali, November 2012

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun