Pengembaraansaya di benua hitam Afrika kali ini telah dimulai begitu menjejakan kaki di tarmak Kigali International Airport. Bandar udara yang letaknyatidak terlalu jauh dari pusat kota terlihat sangat mungil kalau dibandingkan dengan Bandara Soekarno-Hatta.Karena tidak memiliki garabrata, penumpang harus turun melalui tangga dan berjalan ke gedung yang letaknya tidak terlalu jauh.
Setelah memberikan selembar kertas visa yang sudah didapat secara online, tinggal membayar sebesar 30 US Dollar dan tidak lama kemudian paspor saya sudah dicap dengan stempel imigarasi Rwanda yang berwarna biru kehijauan.Tidak terlalu banyak penumpang yang turun termasuk rombongan pemuda dan pemudi dari Korea yang akan bekerja sebagai sukarelawan di pedesaan di Rwanda.
Pagi tadi, saya hanya berjalan-jalan di sekitar hotel dan memperhatikan kehidupan rakyat di pinggiran kota Kigali ini. Di kolam renang hotel dua orang pegawai sedang sibuk membersihkan kolam renang. Suasana Perancis masih kental terasa dengan banyaknya pengumuman dalam bahasa Perancis.. Selain itu bahasa Inggris pun sudah mulai banyak digunakan, Dan tentu saja yang menarik adalah tulisan dalam Bahasa Kinyarwanda yang merupakan bahasa nasional Rwanda.
“Mwaramutze”,, demikian tegur sapa mereka dengan ramah. Ucapan selamat pagi ini terasa sangat ramah di telinga, apalagi diucapkankan dengan nada yang tulus dan senyum yang dihiasi oleh deretan gigi putih. Saya kemudian mendekat ke kumpulan rumpun bambu kuning yang ada di pinggiran kolam renang.
Kicauan burung manyar banyak terdengar di pepohonan. Dan ternyata di dedaunan bambu ini banyak sekali terlihat sarang burung manyar. Burung berwarna kuning ini dengan riangnya beterbangan sambil berkicau riang. Benar-benar pagi yang sempurna di Kigali.
Perjalanan di lanjutkan ke sekitar kawasan hotel. Di dekat pintu gerbang seorang tentara berpakaian hijau hijau. Terlihat sangat angker, Namun ketika didekati dan diajak foto bersama, terlihat betapa ramahnya penduduk Rwanda ini. Setelah selesai berfoto saya tinggal mengucapkan murakoze atau terima kasih .
Sesampainya di jalan raya yang rapih dan bersih dipinggiran kota Kigali, terlihat banyak sekali orang berjalan kaki.Kembali di sebuah papan iklan pasta gigi yang tertulis dalam bahasa Perancis“J’aides dents fortes et santes”yang artinya kira-kira gigi saya menjadi kuat dan sehat.Terlihat gambar anak laki-laki dengan gigi yang putih dan gigitan tebu.Di dekat papan iklan ini, saya bertemu dengan seorang anak muda yang juga dengan senang hati diajak berfoto bersama. Walaupun ada keterbatasan berbahasa., ternyata mereka merupakan penduduk negri kecil yang ramah.
Kota Kigali sepintas bagaikan sebuah kota kecil yang nyaman dan terdiri daribanyak bukit. Lalu lintas berjalan lancar dan suasananya bagaikan di pegunungan karena ketinggian kota ini pun lumayan di atas permukaan laut.Yang membuatnya berbeda dengan Indonesia adalah lalu lintas yang berjalan di sebelah kanan dan mahalnya harga BBM yaitu sebesar 1050 Franc Rwanda perliter atau lebih dari 16 ribu rupiah.
Tidak berlebihan kalau Rwanda menamakan negrinya dengan julukan The Land of thousand hills and million smiles. Setidaknya itu lah kesan pertama saya berkunjung kesini. Semoga cerita berikutnya dapat menegaskan kembali keramahan Rwanda pada kesan pertama ini!
Kigali 18 November 2012