Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Berdoa di antara Lautan dan Langit di Masjid Hassan II , Casa Blanca

11 September 2012   03:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:39 480 13

Casa Blanca merupakan kota terbesar di Maroko yang unik. Nama kota ini berasal dari Bahasa Spanyol yang artinya rumah putih, dan penduduk lokal menyebut kota ini dengan Casa saja. Nama resmikota ini dalam bahasa Arab adalah Dar Al Baidh yang juga artinya rumah putih. Namun penduduk kota ini lebih suka berbahasa Perancis terhadapwisatawan yang tidak berbahasa Arab.

Perjalanan saya dimulai dari pusat kota di dekat sebuah plaza atau lapangang besar yangbernama Place de Etats Unie atau Lapangan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Namun tujuan pertama pengembaraan saya kali ini adalah Masjid terbesar di Afrika yang memiliki menara tertinggi di dunia yaitu Masjid Hassan II yang letaknya di tepi lautan Atlantik.

Dengan petunjuk sebuah peta kecil yang disediakan gratis dari resepsionis hotel saya pun bertekad untuk mengunjungimasjid ini dengan berjalan kaki menyusuri jalan-jalan kecil di kota yang rumahnya kebanyakan berwarna putih ini. Apalagi setelah melihat lokasinya tidak terlalu jauh alias masih dapat ditempuh dengan santai sekitar 30 menit.

Setelah melewati bagian kota yang bernama Medinah atau kota tua, saya terus menyusuri jalan-jalan yang ramai dan kemudian juga melewati beberapa jalan yang agak sepi sampai akhirnya kian mendekati masjid yang seakan-akan terletak di tengah lautan.

Dari sini, dari jarak lebih dari 500 meter atau satu kilometer sudah terlihat sebuah bangunan masjid yang sangat megah dengan menaranya yang tinggi menawan. Memang, menara masjid dengan tinggi sekitar250 meter ini juga sekaligus merupakan bangunan tertinggi di Maroko.

Saya berjalan perlahan mendekati masjid . Matahari tampak kian tinggi, namun rasa ingin tahu terus membawa saya ke halaman masjid yang luas. Di sini suasananya ramai sekali, baik penduduk lokal maupun wisatawan dari manca negara. Masjid ini memang terbuka untuk umum dan disediakan tur dalam waktu-waktu tertentu bagi wisatawan . Sedangkan bagi yang berniat untuk sholat, tentu saja masjid terbuka setiap waktu.

Yang pertama-tama saya perhatikan adalah menaranya yang indah menawan dengan dekorasi yang khas Andalusia dan dihiasi ukiran yang detil dan indah dengan dominasi kombinasi warna coklat muda dan hijau. Di bagian bawah menara , dengan manisnya terpampang puluhan pintu yang berbentuk relung tapal kuda yang sangat harmonis seakan-akan menyeru kita untuk masuk ke dalam masjid termegah di benua Afrika ini.

Bagian dalam masjid ini tidak kalah menawan dibandingkan dengan kemegahan dan kebesaran yang kita saksikan dari luar.Ruang sholat untuk wanita tersedia di lantai atas dengan hiasan kayu yang sangat indah. Langit-langitnya pun penuh dengan ukiran yang mempesona. Sementara , sebagian lantai masjid ini terbuat dari kaca sehingga bisa melihat pemandangan lautan dan juga tempat wudu yang ada di lantai bawah masjid ini.

Masjid ini dibangun pada pertengahan dasawarsa 1980an atas perintah Raja Hassan II yang pada masa itu memerintah negri yang disebut juga dengan namaAl-Magribi ini . Seluruh hiasan kayu , ukiran , dan juga marmer masjid ini bahannya berasal dari seluruh penjuru negri Maroko. Yang berasal dari luar negri hanyalah granit putih yang digunakan untuk tiang dan juga lampu-lampu kristal dari Italia. Sementara sang arsitek ternyata merupakan orang Perancis. Selain itu masjid yang memliki kapasaitas total jamaah lebih dari 100 ribu orang ini mempunyai keistimewaan yang mirip dengan Masjid Nabawi di Madinah yaitu sebagian atapnya yang bisa dibuka dengan bergeser secara otomatis.

Di halaman sekitar masjid, kita juga dapat melihat hempasan ombak Samudara Atlantikyang menderu dengan latar belakang pemandangan bangunan kota Casa Blanca yang berwarna putih. Di sandaran tembok halaman ini, saya sempat berbincang-bincang dengan dengan beberapa wisatawan asing yang kebetulan sedang berkunjung ke kota ini.

Akhirnya saya pun berjalan perlahan meninggalkan masjid ini dengan melewati rute yang berbeda sambil sekali-kali menengokan kepala untuk tetap mengaguminya dari kejauhan.

Kunjungan sejenak yang berkesan ke sebuah masjid yang keberadaannya pernah diimpikan oleh seorang raja untuk meninggalkan warisan kepada rakyatnya. Sebuah masjid dimana kita dapat berdoa dengan lautan di bawah dan langit di atas.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun