“Lang Bac Cu Tich Ho Chi Minh”, kata saya kepada supir taksi yang sudah siap menjalankan mobilnya dan seraya menghidupkan argo langsung ke angka 14 ribu Dong.Sang supir mengulangi kata “Lang Bac”, tanda dia sudah mengerti bahwa tujuan saya pagi itu adalah Mausoleum Ho Chi Minh yang ada di kawasan elite di pusat kota Ha Noi.
Untuk menghindari antrian panjang saya memang sengaja berangkat ketika jam baru saja menunjukan pukul 7.20 pagi dengan harapan sekitar pukul 7.30 an sudah sampai di dekat mausoleum dimana jenzaah Presiden Vietnam yang pertama ini disemayamkan.
Sebenarnya saya sudah beberapa kali berkunjung ke Ha Noi, namun pada kunjungan sebelumnya di sekitar bulan Desember, Mausoleum ini sedang ditutup karena jenazah Paman Ho sedang dalam perawatan. Rupanya setiap akhir tahun di bulan November dan Desember, Mausoleum ini memang ditutup. Saya beruntung pada kunjungan kali ini di awal Agustus, mausoleum ini dibuka. Menurut informasi mausoleum juga ditutup setiap hari Senin dan Jum’at.
Taksi saya pun menyusuri jalan-jalan kota Ha Noi yang ramai dan melewati tepian Ho Tay atau West Lake yang permai dan indah di pagi hari. Tidak lama kemudian, taksi melewati kawasan Hanoi Old Citadel yang merupakan kompleks istana dinasti-dinasti Vietnam jaman baheula.Setelah itu , taksi melewati kawasan kedutaan dengan jalan yang lebar, rumah-rumah tua yang besar dan cantik serta pepohonan yang rindang.
Akhirnya saya pun sampai di sebuah lapangan yang sangat luas dan sebuah bangunan mausoleum terlihat di kejauhan. Taksi terus berjalan sampai di ujung jalan ketika supir taksi dengan bahasa Vietnam menjelaskan bahwa saya harus antri di tempat ini, yang kebetulan tidak jauh dari salah satu sudut Bao Tang Ho Chi Minh atau Museum Ho Chi Minh yang sudah pernah saya kunjungi sebelumnya. Argo pun hanya menunujukan angka kurang dari 80 Ribu Dong saja,
Di antrian ini sudah ada sekitar dua puluh oang yang sekilas semuanya adalah orang Vietnam. Saya pun ikut antri di belakang mereka. Dua menit kemudian antrian kita sudah dipersilahkan jalan melewati lorong yang lumayan cantik dengan tiang kayu berwarna coklat tua kemerahan.
Seorang gadis berpakaian Aodai merah tua menyambut kami sambil memberikan pengumuman dalam bahasa Vietnam. Rupanya semua tas harus dititipkan di sebuah loket sebelum pengunjung melanjutkan perjalanan, sementara telpon genggam saya lolos saja di saku celana karena memang tidak usah dititipkan.
“Loi Va Vieng Bac” demikian tertulis dalam bahasa Vietnam dengan terjemahan Entrance to Mausoleum tertera di atas sebuah pintu, dan kami pun terus berjalan melalui lorong yang cukup panjang. Beberapa layar video terus menerus memutar film mengenai kehidupan dan juga pemakaman Paman Ho.Kemudian kami pun sempat dihentikan lagi oleh petugas dan saya lihat antrian di belakang saya pun sudah mulai memanjang. Beberapa turis mancanegara pun sudah terlihat dalam antrian di belakang saya.
Kemudian, antrian kami sampai di jalan raya dan bangunan mausoleum sudah terlihat kira-kitra 500 meter di kejauhan.Setelah sempat dihentikan sebentar oleh petugas dimana semua kamera dan peralatan elektronik harus ditipkan, antrian mulai bergerak lagi di tepi jalan yang diberi penutup terpal berwarna biru.Antrian terus berjalan dan sampai di depan mausoleum ketika serombongan tentara tampak sedang melakukan upacara. Di tempat ini antrian kami selalu diperhatikan oleh tentara sehingga saya tidak berani mengeluarkan telpon genggam untuk mencuri foto. Apa lagi banyak tulisan dilarang menggunakan telpon.
Akhirnya kami bergerak memasuki pintu utama mausoleum yang dikawal tentara, dengan melewati bentangan karpet merah .Antrian kemudian belok kiri dan kemudian belok kanan sambil menaiki puluhan anak tangga.Suasana sangat hening dan hanya derap kaki yang terdengar. Setelah itu kami pun tiba di ruangan utama mausoleum tempat jenazah Paman Ho terbaring di dalam peti yang terbuat dari kaca.
Kami terus berjalan dengan perlahan dan hening. Tidak boleh bersuara, berhenti, mengambil gambar dan bersikap tidak sopan di tempat ini. Peti mati berada di sebelah kiri kami. Posisi kepala Paman Ho yang akrab disebut Bac Ho ada di depan dan terlihat wajahnya yang tua namun tetap berwibawa. Janggutnya yang putih dan memanjang pun tetap terlihat seperti ketika beliau masih hidup. Tangannya tampak lurus di letakkan di atas paha.
Saya terus berjalan sambil memperhatikan ruangan ini. Dinding ruangan terbuat dari kayu yang diplitur coklat dan di dinding atas dekat kaki Paman Ho, tergantung sepasang gambar bendera Vietnam dengan warna merah dan sebuah bintang berwarna kuning dan bendera partai komunis berlogo palu arit di sebelah kirinya.
Tidak sampai tiga atau empat menit di dalam ruang utama , saya pun sudah kembali menuruni tangga dari yang lain dan kemudian keluar dari pintu utama melalui arah berlawanan. Selesailah sudah kunjungan ke mausoleum Paman Ho yang terkenal dan meninggal pada tahun 1969 ini.
Saya pun sempat mampir ke toko souvenir yang menjual bebrapa buku mengenai kehidupan beliau termasuk VCD berisi lagu lagu pujian dalam bahasa Vietnam yang selalu diperdengarkan di mausoleum ini.
Di jalan di dekat mausoleum saya sempat menyaksikan sebuah gambar besar Paman Ho yang bertuliskan tanggal 19 bulan 5 tahun 1890 dan 2012. Rupanya semacam peringatan hut yang ke 122. Mengingat kesederhanaan Paman Ho, saya juga jadi sedikit heran karena beliau sesungguhnya lebih suka jenazahnya dikremasi dan kemudian abunya disebarkan di seluruh negri Vietnam. Namun pemerintah komunis pada saat itu memutuskan untuk membalsem jenazah Paman Ho dan membangun sebuah mausoleum yang tidak kalah megah dengan Mausoleum Lenin di Moskwa.
Sebuah perjalanan ke mausoleum yang cukup menyenangkan, terutama karena terasa lebih santai dibandingkan ketika saya berkunjung ke mausoleum Lenin di Moskwa. Sedangkan beberapa kali sudah saya ke Lapangan Tien An Men di Beijing, namun belum sempat masuk ke Mausoleum Mao.
Sementara itu, masih ada satu tempat lagi yang masih menjadi impian saya untuk dikunjungi, yaitu Mausoleum Kim Il Sung di Kumsusan dekat Pyongyang. Bahkan menurut cerita, mausoleum ini merupakan yang termegah dan terbesar dibandingkan dengan mausoleum Lenin, Mao dan Ho Chi Minh.!
Foto: Dok pribadi
Ha Noi 2 Agustus 2012