Selepas mengintip jenazah Paman Ho, atau Bac Ho di Mausoleum yang terletak di Ba Dinh Square, pusat kota Hanoi, masih ada beberapa tempat lain yang juga merupakan “things to do” di ibu kota negri Vietnam ini. Salah satunya adalah Istana Presiden dan Rumah Panggung Paman Ho.
“Ku Di Ti Chu Tich Ho Chi Minh Tai Pu Chu Tich”, sebuah papan nama dari kuningan yang berkilau sehingga memantulkan bayang-bayang pepohonan dan mausoleum di kejauhan menjelaskan nama kompleks bangunan yang akan dituju. Ini adalah kompleks tempat tinggal Paman Ho dan juga Istana Kepresidenan Vietnam. Persis di sebelah papan nama ini juga ada sebuah papan peraturan bagi pengunjung yang ditulis dalam Bahasa Vietnam dan Inggris. Salah satunya dilarang memetik bunga dan buah.!
Setelah membeli tiket seharga 25 ribu Dong, saya mendapat selembar brosur dalam berbagai macam bahasa seperti Vietnam, Perancis , Inggris, Jepang, Cina , dan Korea, yang menjelaskan sekilas tentang Istana Presiden dan juga rumah panggung Paman Ho yang akan kita kunjungi ini pagi ini.
Halaman kompleks ini sangat luas dan dipenuhi dengan taman dan pepohonan yang rindang. Di kejauhan terlihat sebuah gedung tua dengan arsitektur model kolonial Perancis yang didominasi dengan warna kuning tua. Gedung yang terlihat berlantai dua atau tiga ini tampak sangat megah dengan sebuah bendera Vietnam berwarna merah berkibar di depannya. Ini adalah Istana Presiden yang dulunya merupakan Istana Gubernur Jendral Indo China pada saat Perancis masih berkuasa di kawasan ini. Menurut brosur, gedung ini dibangun pada tahun 1906.
Sayangnya kita tidak diperbolehkan masuk ke istana ini melainkan hanya mengaguminya dari luar saja. Namun di kompleks ini terdapat bangunan lain yang dapat kita intip juga dari luar. Di antaranya adalah sebuah pavilion yang dulunya menjadi temat kerja Presiden Ho ketika beliau berkantor disini dari 1954 sampai 1969.Di dalam ruang ini tergantung dua buah gambar dewa toko komunis yantu Marx dan Lenin.
Kita juga dapat melihat beberapa mobil tua yang pernah dipakai pleh Presiden Ho dipamerkan di dalam garasi. Di antaranya sebuah mobil merek “Pobeda”, yang dihadiahkan oleh perintah Uni Sovyet pada tahun 1955. Satu lagi sepertinya mobil keluaran Perancis yaitu Peugeot jaman baheula. Keduanya memiliki warna yang hampir mirip yaitu abu-abu.
Di kompleks ini juga terdapat sebuah kolam besar yang tampak asri dan tenang dengan airnya yang jernih dan beberapa ekor angsa yang berenang kian kemari.Di sekeliling tasik kecil ini, pepohonan yang rindang membuat suasana menjadi teduh walaupun matahari pagikota Hanoi mulai terasa hangat menyengat. Di sekitar sini terdapat juga sebuah pergola yang berbentuk setengah lingkaran yang dipenuhi dengan tanaman dan bunga-bunga yang indah.
Nun tidak jauh dari kolam ini, terdapat sebuah rumah panggung terbuat dari kayu dan berwarna hijau tua. Dari kejauhan rumah ini tampak sangat ramai dikunjungi wisatawan lokal dan manca negara. Di dekat pintu masuk dan di sekitar rumah terlihat juga beberapa orang tentara berseragam putih yang selalu berjaga dan waspada. Lantai atas rumah sebagian dilindungi oleh tirai bambu yang bisa digulung, sementara lantai dasarnya sudah dimodifikasi dan tertutup oleh kaca.
Terlihat kerumunan orang yang antri di sebuah tangga untuk naik dan melihat lantai atas rumah Paman Ho ini dari dekat. Semantara banyak juga yang hanya berkeliling di sekitar rumah di bagian bawah. Pengunjung tidak diperbolehkan masuk ke dalam rumah yang tampak sangat terawat dan juga tampak sangat sederhana. Menurut brosur, di rumah panggung ini lah paman Ho tinggal dari tahun 1958 sampai meninggal di tahun 1969.Sebelum itu beliau pun tinggal di kompleks istana, namun bukan di rumah induk melainkan hanya di bagian bangunan tambahan atau semacam paviliun Istana Gubernur Indo China yang megah ini.
Masih banyak bangunan tambahan di kompleks ini yang semuanya dicat berwarna kuning tua. Bangunan ini sekarang difungsikan sebagai café, restoran, dan juga kios atau toko souvenir. Kebanyakan souvenir menjual kerajinan tangan, T-shirt, dan juga buku-buku mengenai Paman Ho. Selain itu ada juga VCD dan CD lagu tradisional Vietnam dan lagu pujian untuk Ho Chi Minh yang kadang-kadang diputarkan di sekitar Mausoleum.
Setelah puas berkeliling, saya pun meninggalkan tempat ini dan masih sempat melihat satu lagi tempat yang cukup menarik di Ha noi. Sebuah pagoda yang sudah berusia lebih dari seribu tahun, terbuat dari kayu. Keunikan Pagoda ini adalah lokasinya yang tidak terletak di atas tanah melainkan sekan-akan diletakkan diatas sebuah tiang atau pillar besar.Karena itu Pagoda ini disebut dengan nama “One Pillar Pagoda” atau dalam Bahasa Vietnam “Chùa Một Cột”.Gambar pagoda ini banyak menghias T-Shirt maupun hiasan magnet yang bisa ditempel di lemari es .
Di tempat ini juga banyak dijual kartu pos dengan gambar fotografi yang cantik. Kita dapat membeli kartu pos sekaligus dengan perangkonya. Dan untuk memudahkan wisatwan , sebuah kotak pos pun disediakan di tempat ini.Untuk ke Indonesia, harga kartu pos dan perangko cukup 20 ribu Dong saja.
Di kejauhan, terlihat antrian panjang yang mulai mengular untuk sejenak mengintip jenazah Bac Ho di mausoleumnya yang megah. Saya pun terus merenung akan pesan yang disampaikan Ho Chi Minh untuk rakyat Vietnam dan dunia. Walaupun beliau berhak tinggal di istana, namun lebih suka tinggal di rumah panggung yang bersahaja. Satu kata yang indah yang mulai langka saat ini: kesederhanaan.
Foto: dok pribadi
Hanoi : Agustus 2012