Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Artikel Utama

Menjadi Tamu Paman Ho, Presiden Vietnam yang Sederhana

7 Agustus 2012   04:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:09 1125 6

Berkunjung ke kota Hanoi, belumlah lengkap kalau kita tidak mampir ke sebuah museum yang arsitekturnya dibuat dengan gaya komunis model Uni Soviet.Museum Ho Chi Mihn atau Bao Tang Ho Chi Minh ini terletak tidak jauh dari mausoleum Paman Ho yang sudah saya ceritakan dalam tulisan sebelumnya.

Memasuki kompleks museum ini, suasana yang serba besar dan luas khas negeri komunis segera menghantui fikiran saya.Dari kejauhan sudah terlihat bangunannya yang unik dan terasa dingin dan angkuh. Museum ini memang dibangun pada tahun 1990 pada saat Uni Soviet masih berjaya dan Vietnam pun baru saja membuka diri dengan program Doi Moi nya.

Sebuah papan pengumuman dalam bahasa Vietnam, Perancis dan Inggris berisi tata tertib dan jam kunjungan menyambut saya. Kemudian saya pun berjalan mendekati bangunan yang sebagian besar terbuat dari marmer ini. Ternyata untuk mencari pintu masuknya saya harus memutar dulu melewati beranda dengan langit-langit yang tinggi. Sementara di halaman terlihat beberapa pleton tentara sedang berlari dan berolahraga di teriknya matahari musim panas kota Hanoi di awal Agustus.

Bao Tang Ho Chi Minh, demikian tertulis di atas pintu masuk, namun kita harus membeli tiket dahulu seharga 25 ribu Dong dan kemudian menitipkan ransel sebelum diperbolehkan masuk ke ruangan museum. Untungnya kamera tetap diperbolehkan masuk .

Di sebelah kiri tangga terdapat sebuah pameran tentang Hubungan Persahabatan yang khusus di antara Laos dan Vietnam selama 50 tahun yaitu sejak tahun 1962 sampai 2012. Sedangkan di sebelah kanan tangga juga ada pameran khusus tentang sejarah partai komunis Vietnam dan peran Ho Chi Minh dalam partai itu.

Di pameran ini , diperlihatkan foto-foto dan juga cuplikan pemikiran paman Ho mengenai peran rakyat dan partai yang menurut saya agak sedikit penuh dengan propaganda. Namun, setidaknya kita dapat sedikit mengenal lebih jauh tentang kehidupan politik paman Ho yang terkenal ini.

Setelah itu, Saya pun mulai naik ke lantai atas dimana pameran permanen tentang kehidupan paman Ho dapat dilihat dan dipelajari.Nyata sekali, baik melalui display maupun film dokumenter yang diputar di dalam museum bahwa Presiden Vietnam yang dikenal sebagai Cu Tich Ho Chi Minh atau dengan sebutan kesayangan Bac Ho yang diterjemahkan menjadi Paman Ho ini menjalani hidupnya sebagai pemimpin Vietnam yang sangat sederhana.Bahkan sejak tahun 1958 sampai beliau wafat di 1969, beliau tidak tinggal di istana melainkan di sebuah rumah panggung yang sekarang masih dapat disaksikan di dekat museum ini. Dalam film dokumenter, digambarkan betapa Paman Ho sering sekali berinteraksi baik dengan prajurit dan rakyat. Namun yang terasa sangat menyentuh adalah banyaknya interaksi dengan anak-anak.

Sebuah patung perunggu dalam ruang beranda utama menggambarkan Ho Chi Minh sedang berdiri dan melambaikan tangan kanannya seakan-akan memberi salam kepada semua pengunjung museum ini. Serombongan orang Vietnam Nampak berhenti sejenak dan memberi hormat kepada patung ini untuk kemudian bergiliran berfoto di bawah lambaian tangan Paman Ho.

Isi museum menggambarkan perjuangan Ho Chi Minh dalam membebaskan negri Vietnam dari cengkraman feudalisme dan juga imperialisme penjajahan Perancis. Sebuah patung prajurit ataupun pejuang Vietnam yang membawa semacam bambu runcing juga cukup menarik. Dijelaskan bahwa ini adalah gerilyawan yang bertempur untuk kemerdekaan Vietnam.

Selain itu di dalam museum juga terdapat bermacam-macam ucapan belasungkawa yang diberikan oleh perwakilan negara-negara sahabat sewaktu presiden Ho meninggal pada 1969.Salah satunya tertulis pada kain merah putih “Turut Berdukatjita Sedalam-dalamnya”, yang ternyata ucapan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia.

Setelah cukup puas melihat-lihat isi museum, saya pun mengkuiti petunjuk “Loi Ra” atau exit menuju kembali ke lantai dasar. Di sini kita disambut oleh sebuah kantin kecil, toko souvenir yang menjual pernak-pernik dan juga buku-buku tentang Ho Chi Minh.Di dekatnya juga ada sebuah ruangan untuk pertunjukan dimana saya melihat sedertan kursi kosong. Tertulis “Folk Music Performance Hall” dan juga tulisan dalam bahasa Vietnam. Sayang saat itu sedang tidak ada pertunjukan.

Melihat isi museum itu, terasa sekali bahwa, kehidupan Paman Ho sebagai Presiden sangatlah sederhana, baik pakaian maupun rumah tempat tinggalnya. Namun Paman Ho ini banyak meninggalkan pemikiran-pemikiran yang terus diwariskan kepada seluruh bangsa dan rakyat Vietnam.

Sekarang walaupun dunia terus berubah, dan aliran komunisme sudah mulai ditinggalkan di negri induknya yaitu Uni Soviet yang telah runtuh , namun di Vietnam, komunisme masih resmi sebagai ideologi negara. Hal ini masih sangat terasa ketika kita mengembara di ibukota negri Paman Ho yang sederhana dan merakyat ini.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun