Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Artikel Utama

Buka Puasa Bak Kondangan di Hanoi

1 Agustus 2012   20:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:20 1147 13

Hanoi, ibu kota Republik Sosialis Vietnam merupakan kota yang unik dan cukup menarik. Kota yang dibelah Sungai Merah ini memiliki “Old Quarter”, atau kota tua yang merupakan kumpulan jalan-jalan kecil yang selalu ramai dengan segala kegiatannya. Ciri khas kota tua Hanoi ini adalah lebih dari sekitar 30 an nama jalan semuanya dimulai dengan nama Hang, yang menurut cerita sejak lebih dari seribu tahun lalu setiap jalan menjual produk yang berbeda sesuai dengan nama jalannya.

Di salah satu jalan di “Old Quarter”, ini terletak sebuah masjid yang cukup besar untuk ukuran Vietnam. Dengan menumpangbecak khas Vietnam, saya berkunjung ke Masjid Al-Noor yang berlokasi di Jalan Hang Luoc no 12 ini ketika senja sebentar lagi akan turun. Waktu saat itu menunjukan sekitar pukul 18.15 waktu Vietnam yang kebetulan sama dengan waktu di Jakarta.

Pintu gerbangnya cukup sederhana, berwarna putih dengan tulisan berwarna hijau dalam bahasa Vietnam Thanh Duong  Hồi giáo Al-Noor dan terjemahan dalam Inggris. Di atasnya tertulis “Masjid Annur” dalam bahasa Arab. Di paling atas sebuah spanduk puti bertuliskan huruf biru tertulis ucapan selamat Ramadhan dalam Bahasa Vietnam.Cong Dong Muslim Ha Noi , Chuc Mung Ramadhan Mubarok!

Suasana di depan masjid belum terlalu ramai. Namun di halamannya sudah tertata dengan rapi barisan meja dan kursidengan hidangan tajil yang cukup rapi. Tajil terdiri dari kurma, air mineral, susu, dan jus dalam kemasan kotak.

Di dalam ruangan masjid, terjadi kesibukan luar biasa ketika sekumpulan ibu-ibu dari salah satu kedutaan di timur tengah sedang mempersiapkan makanan berbuka puasa. Rupanya setiap hari, selain masyarakat lokal Ha Noi, setiap kedutaan juga mendapat giliran untuk mempersiapkan menu berbuka. Gilirannya menurut abjad dan ternyata kedutaan Indonesia sudah mendapatkan giliran hari sabtu lalu.

Saya pun duduk di kursi sambil melihat-lihat sekeliling. Sebuah spanduk kecil berwarna kuning bertuliskan huruf Arab “Sahru Ramadhan Almubarok”.Semakin mendekati magrib, kian bamyak jemaah yang datang. Kebanyakan berwajah India, Pakistan, Timur Tengah, dan juga beberapa kelihatannya dari Afrika.

“Assalamualaikum, tempat wudhu dimana?”, tiba-tiba seseorang menegur saya dalam Bahasa Indonesia, Saya pun menunujuk kea rah samping di mana memang terdapat tempat wudhu. Setelah berwudhu,lelaki berumur empat puluh tahunan ini pun bercerita bahwa dia sudah hampir dua bulan bertugas di Hanoi. Namun karena tempat tinggalnya kira-kira satu jam dari pusat kota, maka baru kali ini sempat mampir ke masjid ini.Tidak lama kemudian, serombongan anak muda yang keilhatannya dari Indonesia juga masuk ke halaman masjid dan berkumpul di salah satu sudut halaman masjid.

Ketika waktu menunjukan pukul 18.37, kumandang azan magrrib terdengar dengan merdunya dari dalam masjid. Dan seluruh jamaah dengan riang segera menyerbu makanan tajil yang sudah disediakan.Sekitar sepuluhmenit kemudian Iqomahpun bergema dan saya masuk ke ruangan masjid untuk sholat berjamaah.

Ruangan masjid tidak terlalu bersar. Hamparan sajadah hanya terdiri dari lima saf. Karpet hijau tua dilapisi barisan sajadah tampak sangat indah. Kapasitas ruangan utama masjid mungkin sekitar 100 orang saja, namun jamaah pun meluber ke beranda masjid yang juga tertutup karpet hijau .

Setelah usai sholat ketika sebagian besar jamaah mulai mengular mengantri makanan, saya baru dapat memperhatikan keadaan ruang utama masjid ini. Di dinding, terdapat sebuah jam tua dan banyak hiasan kaligrafi dan lukisan bergambar kabah. Beberapa unit “Air Conditioning” juga tampak di dinding, pantas saja udara di dalam terasa sejuk. Mihrabnya tampak sederhana dengan tulisan “Bismillahhirrahmanirahim” di atasnya. Selain itu juga tertera angka arab yang menunjukkan tahun dibangunnya masjid ini yaitu angla 1323 Hijriah. Wah, usia masjid ini sudah lebih dari 100 tahun fikir saya dalam hati. Yang khas dari masjid ini adalah mimbarnya yang terbuat dari batu pualam yang sangat cantik.

Antrian tetap panjang dan mengular. Mirip kondangan!, dan saya melihat hidangan yang benar-benar mewah untuk ukuran berbuka puasa di masjid. Nasi nasmati dan briyani khas timur tengah, daging, ikan, sayuran, roti dan sambal, dan buah-buahan  tidak berhenti mengalir sementara sebagian besar jamaah pun mengisi piringnya dalam ukuran yang cukup besar.

Terasa sekali nikmatnya berbuka puasa di Hanoi, ini, dimana jamaahnya terdiri dari berbagai bangsa dari seluruh dunia. Selain beribadah, kita pun dapat bercakap-cakap dan berkenalan sambil menunggu datangnya waktu Isya sekitar pukul 20 Waktu Vietnam.

Lumayan juga, setidak-tidaknya saya tidak perlu pergi ke restoran untuk makam malam. Malam pertama di Hanoi yang berkesan.

Ha Noi, 1 Agustus 2012

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun