“Books are for people who wish they are somewhere else” , demikan sebuah kata-kata mutiara yang pernah diucapkan “Mark Twain”, seorang penulis Amerika yang terkenal dengan bukunya “The Adventures of Tom Sawyer”. Karena fikiran saya saat ini sedang mengembara melanglang buana ke tempat-tempat yang jauh, baik yang sudah maupun yang belum saya kunjungi, maka tidak terasa tangan saya kembali membuka-buka koleksi buku-buku berbahasa Spanyol yang saya miliki.
Kalau beberapa hari yang lalu, saya sempat menuliskan mengenai sejarah Meksiko dan kedatangan bangsa kulit putih yang megubah sejarah dunia dan menjadikan bahasa Spanyol menjadi bahasa resmi di lebih dari 23 negara di bagian tengah dan selatan benua Amerika, maka kali ini pengembaraan saya akan sejenak mengamati sebuah negri yang terletak di ujung Amerika Latin yaitu Argentina.
Sebuah buku cantik penuh warna-warni dan gambar yang menarik ada di hadapan saya. “Plazas”, demikian judul buku ini. Plaza dalam bahasa Spanyol memiliki arti yang berbeda dengan plaza yang dikenal di Jakarta yang berarti gedung atau pusat perbelanjaan. Tetapi ketika saya membaca sub-judul buku ini “Lugar de Encuentros” atau tempat pertemuan , dapat disimpulkan bahwa Plaza dalam bahasa Spanyol memiliki fungsi yang hampir sama dengan Plaza dalam bahasa Indonesia. yaitu sama-sama tempat berkumpul.
Plaza, di negara-negara yang berbahasa Spanyol merupakan sebuah lapangan yang terletak di pusat kota atau mirip dengan alun-alun untuk kota di Indonesia. Setiap kota besar dan kecil memiliki plaza, dan saya jaditeringat dengan kota Madrid dengan Plaza Mayor, Mexico city dengan Zocalo dan juga Buenos Aires dengan Plaza de Mayo nya yang terkenal.
Buku ini membahas tentang kehidupan di negara-negara berbahasa Spanyol dan salah satunya bercerita tantang Argentina. Pada sebuah halaman, saya tertarik dengan gambar “Plaza del Congreso” yang merupakan salah satu tempat di pusat kota Buenos Aires yang terkenal sebagau kota paling besar, ramai dan metropolitan di benua Amerika Latin ini. Di dekat Tugu pada gambar ini terdapat jalan raya paling lebar di dunia yaitu Avenida 9 de Julio . Jalan-jalan di Argentina banyak sekali memakai tanggal dan tanggal 9 Juli memang merupakan tanggal keramat karena pada hari itu di tahun 1816 dideklarasikan kemerdekaan Argentina dari penjajahan Spanyol.
Namun, yang paling menarik perhatian saya adalah sebuah artikel mengenai “El Tango Argentino”, yaitu tarian yang saat ini menjadi tarian nasional Argentina. Pada tulisan ini, dijelaskan bahwa hampir tidak mungkin berbicara tentang Agentina tanpa mengulas tentang tarian yang romantis dan sedikit erotis serta seksi ini.
Pada tulisan dalam bahasa Spanyol ini dijelaskan bahwa tarian tango hanya diperuntukan untuk orang yang mempunyai keberanian karena gerakan-gerakannya yang sedikit akrobatik. Untuk belajar Tango, kita mesti mengetahui aturan dan pola dasar tarian ini yang disebut “la caminata” atau berjalan. Selain itu kita juga harus mengenal beberapa langka dasar tarian ini yang terdiri dari el paseo atau penyusuran. la cadencia atau irama, la caza atau pengejaran, dan la cunita yang secara harfiah berarti tempat tidur bayi tetapi dalam konteks tarian ini adalah gerakan berayun seperti yang ada pada ayunan bayi.
Menurut buku ini, Tango pertama kali muncul sekitar peralihan abad ke 20. Tarian ini selalu diiringi oleh lagu-lagu khas Tango dan lagu yang paling terkenal adalah “La Comparsita” Pada sekitar tahun 1924, tarian ini sudah menjadi tarian paling popular di Buenos Aires dan hingga saat ini dianggap sebagai tarian nasional Argentina.
Lagu yang mengiring tarian ini pun menghasilkan seorang penyanyi yang sangat terkenal yaitu Carlos Gerdel (1890-1935), yang konon sempat membintangi beberapa film yang dianggap sebagai film yang fenomenal dalam sejarah perfilman Argentina seperti “Esperame” (Nantikan Daku-1933),Cuesto Abajo (Turun Bukit - 1934), dan juga El Tango en Broadway (Tango di Broadway - 1934).
Sayang sekali, penyanyi yang dianggap sebagai “Diva” ini tewas pada kecelakaan pesawat terbang di tahun 1935 dan makamnya sekarang dapat dikunjungi di pemakaman terkenal “La Chacarita” di pinggiran kota Buenos Aires.
Siapa sangka, pengembaraan melalui buku-buku bahasa Spanyol ini dapat membawa saya berkenalan lebih dalam mengenai tarian Tango yang mempesona dan kehidupan seorang penyayi terkenalnya yang berakhir tragis. Tetapi, sampai saat ini pun saya masih suka mendengarkan lagu-lagu Tango yang dibawakan penyanyi kondang Julio Iglesias dengan iramanya mautnya yang bisa membawa kita ke bagian kota Buenos Aires yang bernama San Telmo dimana kita bisa melihat dan ikut menari Tango di sebuah Plaza .
Benarlah kata-kata Mark Twain di atas, bahwa dengan buku, kita bisa mengembara ke tempat-tempat lain yang jauh di belahan dunia sana, sama seperti tarian ini yang bahkan sangat terkenal di seluruh dunia melalui sebuah film berjudul "Last Tango in Paris" yang dibintangi Marlon Brando di tahun 1970-an.