Kini, di salah satu jalan utama di Kota Berlin, tidak jauh dari patung Marx dan Engels, juga tidak jauh dari show case kemajuan teknologi Jerman Timur yaitu Berlin TV Tower terdapat sebuah gedung yang dijadikan sebuah tempat untuk mengenang kembali kehiduan di masa komunis di Jerman Timur yang dalam Bahasa Jerman disebur DDR atau Deutsche Demokratische Republik.
Dengan membayar tiket seharga 6 Euro, siang itu, saya bergabung dengan ratusan wisatawan dari mancanegara yang dengan penuh rasa ingin tahu mengintip kehidupan di masa yang belum terlalu lama berlalu itu. Selain melihat-lihat display yang menarik, disini pengunjung juga dapat ikut serta merasakan melewati mesin waktu kembali ke jaman komunis berkuasa di Jerman Timur.
Sebuah papan informasi menceritakan secara sekilas mengenai sejarah DDR yang dimulai dari tunduknya Jerman kepada sekutu pada akhir Perang Dunia II yang berakibat dikuasainya Jerman oleh empat negara pemenang yaitu Amerika, Perancis, Inggris, dan Uni Sovyet. Di kawasan yang dikuasai Sovyeit ini kemudian terbentuklah DDR pada 7 Oktober 1949 sementara tiga kawasan yang dikuasai sekutu menjadi Republik Federal Jerman atau lebih dikenal secara tidak resmi sebagai Jerman Barat. Usia singkat DDR yang kemudian runtuh pada Oktober 1990 setelah Tembok Berlin lebih dulu runtuh pada 1989 ini digambarkan sebagai A State Comes and Goes.
Salah satu yang menarik adalah sebuah mobil Trabant yang dibuat Jerman Timur untuk menyaingi mobil Jerman Barat yang sangat populer yaitu Volks Wagen atau VW. Dijelaskan bahwa rakyat di Jerman Timur dapat memiliki mobil ini setelah menunggu sekian lama dan merupakan salah satu kebebasan bergerak yang cukup didambakan rakyat. Dengan menggunakan teknolgi simulator, kita juga dapat ikut menjadi rakyat DDR dengan menjajal bagaimana rasanya naik dan mengendarai mobil ini di jalan-jalan di Berlin Timur.
Di museum ini kita dengan sekilas dapat melihat bagaimana kehidupan di masa itu. Yang paling mengerikan adalah cerita mengenai STASI atau polisi rahasia yang secara resmi bernama Staatssicherheit yang berarti keamanan negara. Lembaga ini mirip dengan KGB di Uni Sovyet dan menurut cerita mempunyai mata dan telinga dimana-mana. Akibatnya rakyat merasa tertekan dan terbelenggu dan kemudian mereka menemukan satu cara unik untuk menunjukan kemerdekaannya.
Di Jerman Timur, sejak tahun 1960an, mulai populer pola kehidupan nudis baik di pantai maupun di tempat umum lainnya. Cara hidup yang juga disebut sebagai “Politik ohne Bade Hose” atau “Politik tanpa pakaian renang” ini menjadi sangat digemari dan konon 4 dari 5 orang di Jerman Timur pasti pernah mencoba berbugilria. Di DDR Museum ini ditampilkan foto-foto tentang kehidupan sambil bertelanjang di Jerman Timur yang sekaligus menyatakan bahwa masyarakat komunis adalah masyarakat tanpa kelas yang egaliter.
Secara lebih resmi kebiasayaan atau budaya tanpa busana ini disebut sebagai Frei Korper Kultur dan disingkat FKK. Secara literal dapat diartikan sebagai Budaya Jasmani Bebas yang diejawantahkan dengan berkumpul bersama-sama dalam berbagai kegiatan dengan sama sekali tidak menggunakan busana.
Selain foto-foto baik lelaki dan wanita, tua dan muda yang kelihatan bermain riang sambil bersendagurau, ada juga sebua diorama yang menggambarkan sekelompok orang yang sedang bermain bola volley di pantai. Dan di sekitarnya ada beberapa orang yang sedang bersantai di kursi malas lengkap dengan handuk dan payung untuk melindungi dari sengatan matahari. Para pria wanita, tua muda, dan bahkan anak-anak ini semuanya tampak senang bahagia dan juga bebas dalam keadaan tanpa busana.
Museum DDR ini memang penuh kontroversi. Dia memperlihatkan kepada kita bagaimana kehidupan di jaman komunis yang begitu ketat dikontrol oleh STASI namun sekaligus ternyata begitu bebas karena rakyat juga bebas menjalankan pola kehidupan FKK alias tanpa busana tadi. Masyarakat komunis yang tanpa kelas dan egaliter memang dapat dipertunjukan dengan telanjang sehingga tidak ada perbedaan antara buruh dan petinggi partai. Namun pada saat yang bersamaan ditunjukan juga dimuseum ini kebiasaan petinggi dan kaum elite partai komunis yang menyukai barang mewah dari barat.
Kalau rakyat kebanyakan hanya bisa mengendari Trabant yang juga disebut dengan sebutan sayang Trabi, maka kaum elite partai ternyata lebih suka mengendarai mobil mewah merek Volvo. Selain itu, mereka juga dapat membeli barang-barang mewah dari barat di toko khusus yang disediakan serta dapat menikmati fasilitas kesehatan khusus serta liburan di resort-resort ekslusiv. Sebagai contohnya, Ulbricth , yang merupakan sekjen partai komunis tinggal di villa mewahnya di kawasan Pankow di Berlin Timur sebelum akhirnya pindah ke kawasan yang sejuk dan hijau di daerah Wandlitzt.
Siapa sangka, perjalanan di tengah kota Berlin dapat sejenak menguak suatu pola kehidupan dan budaya tanpa busana yang pernah marak di Jerman Timur atau Deutsche Demokratrische Republik. Pertanyaannya, apakah setelah Jerman bersatu budaya FKK ini masih marak?
Berlin , akhir Maret 2014