Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Sepenggal Cerita Langkau Huma

6 Januari 2020   01:16 Diperbarui: 6 Januari 2020   01:14 425 0
Ini adalah sepenggal catatan kisah tentang ladang berpindah. Yang hampir wajib ada sebuah bangunan yang bernama: langkau. Yaitu tempat tinggal sederhana atau pondok sementara. Bangunan yang biasanya didirikan setelah ladang dibakar itu dibuat dari bahan material kayu. Yang diambil dari hutan sekitar.

Lokasi langkau selalu tak jauh dari sungai atau mata air. Paling nyaman bila huma ladang berada di atas bukit. Sumber air di ketinggian dengan mudah dialirkan untuk keperluan masak, cuci dan mandi.

Oh tidak! Mandi lebih asyik bila dilakukan secara alami. Berendam terbaring di kolam dangkal menantang sengatan matahari. Jernihnya air yang mengalir seakan mencuci sampai ke relung-relung hati.

Tongkat keempat sudut langkau langsung menjadi tiang penyangga utama. Tingginya sampai ke kaki bumbung tanpa bersambung. Biasanya menggunakan kayu yang agak keras dan tahan lama. Dari golongan leban, belaban, atau jenggir yang relatif lebih kuat, alot, awet, dan sering digunakan.

Tiang dicoak sedikit untuk menempel kayu penghubung. Agar berslot tidak mudah melorot. Kemudian disatukan dengan lilitan tali melintang bersilangan. Dari rotan jenis tertentu yang terbukti kuat dan tahan. Biasa juga menggunakan akar entuyut yang alot. Atau serat akar bajakah yang dipilah-pilah. Cara mengikat yang demikian dinamai 'ikat porat'.

Dinding langkau biasanya menggunakan kulit kayu. pernah juga menggunakan daun. Dinding kulit kayu diapit menggunakan kayu bulat kecil atau bambu. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun