Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Buta Aksara: Bukan Penyakit Keturunan

5 Februari 2023   10:50 Diperbarui: 5 Februari 2023   19:22 418 6
Buta Aksara di Indonesia masih menjadi perhatian khusus. Pasalnya BPS mengumbar data buta huruf meningkat dari 1,78 persen menjadi 1, 93 persen. Untuk itu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menargetkan mengentaskan buta aksara di tahun 2023.


Sebaran buta aksara terbesar terletak di enam provinsi yakni Papua, NTB, NTT Sulsel, Sulbar dan Kalbar.

Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengentaskan buta huruf atau aksara. Di tahun 1945, menukil dari laman kompas.com, penduduk Indonesia masa itu berjumlah 61 jutaan.

Tingkat buta huruf amat tinggi saat itu yakni 90% karena penduduk yang terjajah dan jauh dari pendidikan. Presiden Indonesia Ir. Soekarno yang menjadi penggerak pertama untuk mengurangi kebutaaksaraan.

Berikut beberapa langkah yang dapat ditempuh untuk mengentaskan buta aksara di Indonesia:

1. Pendidikan Dasar
Untuk langkah awal adalah memberikan pendidikan dasar pada anak mengenal aksara. Anak berumur 3-5 tahun sudah bisa dikenalkan dengan aksara awal dan akan berlangsung lebih kompleks di tingkat umur di atasnya ketika ia menduduki sekolah formal.

Jika tidak memungkinkan menyekolahkan anak ke sekolah formal, langkah lain yang bisa diambil adalah memberikan private kepada anak - bisa dibantu oleh orangtua atau sanak-saudara yang telah melek aksara.

2. Ikut Paket (Pendidikan Kesetaraan)
Paket kesetaraan bisa diikuti dengan program yang terintegrasi di dalamnya. Sekolah Dasar (Paket A), Sekolah Menengah Pertama (Paket B) dan Sekolah Menengah Atas (Paket Combo) adalah paket kesetaraan yang dapat menjadi opsi untuk mengentaskan buta aksara.

Lebih baik jika perangkat desa turut mendata secara berkala jumlah penyandang buta aksara di daerah. Dengan data, maka kebijakan-kebijakan konstruktif dapat diterapkan.

3. Inovasi Pendekatan
Bagi penyandang buta aksara berapapun usia dan latar belakangnya tidak perlu malu untuk didata dan mengikuti program yang disediakan. Buta aksara dapat dientas bukan penyakit keturunan yang pernah diucapkan salah seorang oknum yang penulis kenal di salah satu sekolah.

Media-media yang menarik, alat dan bahan inovatif dapat merangsang mereka yang buta aksara untuk dapat mengenal membaca dan menulis. Bagi tunanetra, pendekatan untuk mengentaskan buta aksara perlu ekstra fasilitas yang dapat dibantu oleh pihak pemerintah dan atau swasta.


Ingatlah Presiden Joko Widodo pada tahun 2015 pernah berkata kemiskinan Indonesia yang tinggi disebabkan salah satunya tingginya buta huruf. Semoga langkah-langkah ini dapat menjadi masukan dalam upaya pemerintah mengentas buta aksara menuju Indonesia Emas 2045.


Taufik Hidayat untuk Kompasiana

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun