Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Teori Relativitas pada Mahasiswa Fisioterapi

29 Juni 2013   19:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:14 519 1

Mengurus beberapa urusan mengenai perkuliahan membuat waktu lebih banyak waktu untuk di kampus akhir-akhir ini. Datang ke kampus berarti bertemu dengan beberapa orang dengan onset waktu yang sering. Sembari menunggu dosen untuk urusan saya biasanya bertemu teman-teman dari berbagai angkatan. Kadang mereka bertanya perihal apa datang ke kampus, ada yang teman seangkatan dulu, ada juga mahasiswa tingkat awal yang umurnya tidak jauh dari adik saya.

Mengobrol dengan sesama teman sejawat bukanlah hal yang tabu lagi bagi kami, kadang saya sendiri lupa dengan nama teman-teman yang pernah mengobrol kadang pula ingat yang penting saya tahu mereka jurusan fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tapi dari sekian pertemuan dan obrolan dengan beberapa teman di kampus, saya masih ingat betul hari dimana saya bertemu dengan 3 orang yang menceritakan ketiga masalah dengan keluhan yang berbeda namun sebenarnya sama karena satu alasan.

Orang Pertama

Orang pertama yang saya temui menceritakan mengenai kegalauannya karena program studi Diploma IV (D4) tahun ini ditutup.

Teman : “wah gimana ya mas, D4 sudah ditutup gimana ini mas ? saya mau tukar pendapat. Menurut mas topik gimana tentang progdi D4 yang mau ditutup ini ? mungkin besok kami mau ketemu Pak Dekan mas mau minta keterangan sekalian hitam di atas putih”

Saya : “oh ya begitu, saya baru tahu ya semoga aja ada jalan keluarnya. Lah kabar-kabarnya gimana kelanjutannya ?”

Teman : “iya mas amin, kabarnya dari KaProgdi kita nanti itu kita disuruh milih mau D3 atau S1 mas. Lah gimana ya ? saya kan niatnya masuk sini bukan untuk jadi D3 atau S1, niat saya D4.

Saya : “iya bicarakan saja dengan Pak Dekan dan KaProgdi nanti ada jalan keluarnya sendiri juga

Lalu pembicaraan kami terus berlanjut hingga teman saya tadi harus masuk kuliah.

Orang Kedua

Orang kedua yang saya temui ini adalah mahasiswa semester 2 program studi S1 Fisioterapi.

Teman : “mas apa kabar ? (sambil salaman) ada yang ingin saya tanyakan dengan jenengan

Saya : “iya kabar baik, gimana mas ? ada yang bisa saya bantu ?”

Teman : “gini mas, saya ini bingung dengan keadaan saya ini. Saya kok masih merasa kurang ya dibandingkan teman-teman saya yang lain dari D3 dan D4. Mas kami ini kok kayak belum ngerti apa-apa ya ? pas study club tadi aja teman-teman yang lain pada bisa jawab kami ini kebingungan sendiri mas”

Saya : “oh gitu, ya mungkin belum waktunya aja. belum dapat mata kuliahnya aja. dulu kakak kelasmu yang semester 4 sekarang juga ngerasain hal yang sama kayaknya dengan kalian”

Teman : “tapi mas, masa kami ini belum masuk lab. Sedangkan yang lain ini udah kami ini pengen juga mas ngerasain sibuk-sibuk kuliah kayak gitu. Masa jam 12 udah pulang?”

Saya : “nanti ada juga kok masanya, bulan September kalian sudah masuk semester 3 kalau gak salah ada praktikum kok”

Pembicaraan dengan orang kedua pun ditemani dengan beberapa temannya yang juga merupakan mahasiswa semester 2 S1 Fisioterapi.

Orang ketiga

Pembicaraan dengan orang ketiga ini membicarakan keluh kesah mahasiswa D3 semester 4.

dari kejauhan tampak mahasiswa yang berlari-lari dengan muka letih lalu duduk disebalah saya

Saya : “halo apa kabar ? kok buru-buru amat kayaknya”

Teman : “biasa mas mau kuliah nanti jam 5 sore, wah ternyata capek juga ya mas kuliah di fisioterapi. Teman-teman yang D4 sama S1 enak, jam 12 udah pulang lah kita harus jam 5 ini masuk lagi. Belum lagi ada kuliah tambahan sore lagi praktikum pula (berbicara masih dalam keadaan terengah-engah). Oke udah dulu ya mas, itu dosen saya udah masuk kelas. Assalamu’alaikum.

Lalu mahasiswa tadi meninggalkan saya saja tanpa timbal balik dari percakapan yang dibicarakan.

===

Sampai sekarang saya masih kurang percaya dengan 3 kejadian tanpa disengaja dalam satu hari. 3 kejadian yang sebenarnya menceritakan keluhan masing-masing dan menganggap program studi lainnya lebih enak dibandingkan yang sedang mereka jalani sekarang.

Tanggapan akan keluhan dari ketiga teman tersebut saya mengibaratkannya gambar di bawah ini :

Ilustrasi saya tersebut saya andaikan dengan perjalanan dari tempat tinggal (kost/kontrakan) menuju kampus. Jarak tempat tinggal saya menuju kampus sedikit jauh pagi pejalan kaki dan jarak dari kontrakan ke kampus memiliki 3 jalur yang sama-sama menuju ke tempat yang sama. Jalur pertama berwarna biru merupakan rute terjauh menuju kampus namun karena banyak tempat yang bisa disinggahi seperti tempat makan dan fotocopyan sehingga cocok bagi kita yang ingin perjalanan lebih santai atau untuk singgah sarapan pagi terlebih dahulu sebelum kuliah.

Jalan kedua yang bergaris merah putus-putus merupakan jalur tengah yang sering biasa dilalui oleh mahasiswa. Dibandingkan jalur pertama, jalur pertama sedikit menghemat waktu. Sedangkan jalur ketiga yang bergaris kuning putus-putus merupakan jalur tercepat untuk menuju ke kampus parkiran belakang. Di antara ketiga jalur tersebut, jalur kuning merupakan jalur tercepat tapi bukan berarti favorit bagi seluruh mahasiswa.

Memilih jurusan kadang kala merupakan hal yang sulit bagi setiap mahasiswa. Karena menentukan untuk ke depannya. Namun suatu pilihan akan bertambah berat ketika pilihan tersebut bukanlah satu-satunya pilihan lagi alias dengan kata lain sudah ada pilihan lain yang dirasa lebih baik.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun