Artikel ini sebagai kritik atas kebiasaan penguasa Sulut dan sekitarnya terhadap kebijakan mengubah warna dan simbol serupa dengan lambang parpol. Tidak perlu dibaca serius. Karena bukan tulisan ilmiah. Tak perlu juga diterima dengan sikap tendensius, karena murni sebagai catatan refleksi semata.
KEMBALI KE ARTIKEL