Mohon tunggu...
KOMENTAR
Diary

Kutemukan Diriku di Dunia Literasi

11 Desember 2021   07:19 Diperbarui: 11 Desember 2021   07:39 209 10

Sejak kecil, saya sudah akrab dengan buku. Bapak dan ibulah yang mengenalkan saya pada buku. Kecintaan orang tua saya pada membaca, ditularkan pada kami, putra-putrinya dengan menyediakan bahan-bahan bacaan dengan cara berlangganan majalah anak.

Majalah Bobo, Ananda dan Si Kuncung menjadi teman di kala waktu senggang kami. Tokoh Bobo, Oki dan Nirmala, Bona Gajah Kecil Berbelalai Panjang, Husin dan Paman Asta, adalah tokoh-tokoh yang sangat akrab bagi saya dan saudara-saudara saya.

Beranjak remaja, bacaan saya beralih ke majalah Gadis, Anita Cemerlang, dan Hai. Pada usia remaja inilah keinginan menjadi penulis itu muncul. Saya mulai mengabadikan momen-momen tertentu melalui tulisan di diari. Pada masa SMP juga saya mulai berkorespondensi dengan beberapa teman dari berbagai provinsi di Indonesia.

Memasuki bangku SMA, kegemaran saya menulis diari berhenti, pun dengan korespondensi. Namun, hobby membaca tidaklah mati, meski sekadar membaca fiksi.

Selepas SMA, kuliah kemudian berkeluarga, saya berhenti menulis. Bahkan cita-cita untuk menjadi penulis seolah tenggelam bersama kesibukan sebagai seorang ibu dan aktivis sosial.

Masa pandemi, menjadi momen keseriusan saya mendalami dunia literasi. Berawal ketika saya bergabung dalam Kelas Emak Punya Karya asuhan Gurunda Cahyadi Takariawan dan Bunda Ida Nurlaela, motivasi untuk menghasilkan karya terbangun.

Ternyata motivasi saja belum cukup. Saya memantapkan diri untuk menulis dengan modal nekat. Iya, modal nekat! Dengan meyakinkan diri bahwa tiap penulis pasti memiliki pembaca.

Sebagai penulis pemula, tentu saja banyak hal yang menjadi hambatan. Minimnya diksi yang saya miliki, membangun karakter tokoh yang kuat, membuat alur, plot dan konflik yang menarik, menjadi tantangan sendiri buat saya. Belum lagi melawan diri yang sangat tergantung pada mood.

Satu hal yang sangat membantu, kegemaran saya membaca membuat sedikit demi sedikit kendala yang saya hadapi terurai. Unsur-unsur dalam cerita berhasil saya bangun, meski sebagai pemula, tentu sangatlah sederhana. Tinggal saya menjaga agar mood tetap stabil.

Benarlah seperti yang dikatakan guru-guru saya, penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Membaca adalah jendela dunia, menulis adalah kuncinya. Dengan membaca dan menulis, kita bisa menjelajahi dunia.

Terima kasih tak terhingga buat para guru yang telah mengajari saya sejak mata ini terbuka menyapa dunia, melek literasi dengan mengenal huruf, hingga mampu merangkai kata.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun