Empat sisi ruang kamar itu menatap Dimas dengan resah. Suara gerimis menitik tipis di luar sana. Dengan pelan ia berjalan, menapakkan kakinya satu persatu membuka jendela disudut kamar itu. Langit kelabu dan hawa dingin menyambut harinya pagi ini. Ia menyaksikan burung-burung berteduh, pepohonan dan dedaunan serta kelopak bunga yang sedang merekah telah basah. Semesta seolah turut merayakan hatinya yang patah.
KEMBALI KE ARTIKEL