Di sudut ruang tamu hotel kami duduk berhadapan. Bercanda mengingat bagaimana kuliah dulu. Membandingkan kampusnya dulu dan sekarang. "Di sini bagus pak perpustakaannya?", lumayan lengkap. "Dulu di kampus apa tidak lengkap?". "Tidak seberapa pak...", sahutnya singkat. "Berapa kali dulu masuk ke perpustakaan?", selidikku memastikan. "Jarang sih pak....satu minggu bisa tidak pernah sama sekali...he..he..", jawabnya datar. "Jadi belum tentu bisa dibandingkan...karena kalian kan jarang ke perpustakaan. Kalau di sini sering kan ke perpustakaan?", mencoba mengelak. Mencari pembenaran. "Di kampus banyak lo yang baru...", tambahan penjelasanku. "Ehm...ehm...jadi pingin ke kampus lagi...", penasarannya.
Kelihatannya memang tidak bisa dibandingkan. Kalau dibandingkan ada satu menjatuhkan lainnya. Padahal dua kampus berbeda adalah tempat mereka belajar. Cerita berlanjut bergantian. Mulai cerita pengalaman pertama di kampus. Makanan yang berbeda dari kebiasaan. Kemacetan lalu lintas. Cara berkendara motor. Salah pengertian karena bahasa. Tempat belanja. Makanan enak. Gaya dosen dan perilaku temannya. Hingga Cakepnya dosen dan mahasiswa. Mantan mahasiswa bimbingan-bimbinganku terus berceloteh. Sampai pada pertanyaan yang menjadi renunganku...
"Pak, banyak dosen kok namanya nggak ada di internet?", tanya salah seorang alumniku. "Masak...pasti ada. kan ada namanya di database dosen atau ...", aku berusaha mengelak. "Maksudnya...karya-karyanya pak. kayak artikel, makalah, atau jurnal-jurnal...gitu lo pak..", jelasnya. "Oh, kalau aku, bagaimana?", responku ingin tahu. "Ada pak....malah ada teman yang mengutip dari artikel bapak...Dia saya beritahu tadi...Aku nanti ketemu dengan Pak ini..", urainya memastikan. "Ya..ya...meskipun nggak banyak juga, ya", memaklumkan. Dalam hati, aku dulu menyimpan pertanyaan yang sama. Sering aku meng-googling nama-nama dosen atau siapa saja. Memang jarang dosen yang ngeksis di dunia maya. Ngek-sis maksudnya meng-uploadkan karya artikel atau tulisan. Bisa jadi memang tidak ada artikel yang ditulis. Atau sengaja tidak mengupload agar tidak diplagiasi. Perkembangan saat ini lebih baik ngeksis di dunia maya. Internet merupakan sumber referensi cepat. Banyak web-web yang khusus menempatkan karya-karya ilmiah, seperti jurnal-jurnal, academia.edu, google scholar, atau lainnya. Keberadaan karya dosen di internet akan memudahkan mahasiswa mengambil referensi. Juga, menginformasikan keberadaan dosen dalam masyarakat ilmiahnya.
Dosen ngeksis merupakan suatu keharusan. Tujuannya agar karyanya menjadi referensi dan rujukan siapa saja dan dimana saja. Hal ini menjadikan kita lebih hidup dan bermanfaat. Lainnya, juga menjaga plagiasi agar siapa yang mengutip dapat langsung teridentikasi. Eksistensi kita di masyarakat ilmiah semakin dikenal dan dihargai. Berikutnya, menyiarkan budaya menulis. Apa benar dosen yang notabenenya menjadi figur kecerdasan itu benar-benar mampu menulis secara originil?
Malam kian beranjak. Jalanan mulai sepi lalu lalang. Kami bersalaman dan berharap sua kembali. Iringan doaku lepas untuk kalian semua. Banyaklah eksis di dunia maya. Tunjukkan karya yang membanggakan.
(Kenangan, Oktober 2014)