Makan, minum, mandi, bernapas, belajar, tersenyum, cemberut, berjalan. Bahkan berpikir pun perlu energi. Maka jika tidak bijaksana, bisa-bisa energi yang kita keluarkan tidak sebanding dengan hasil yang kita dapatkan.
Contoh yang gampang, tersenyum dan cemberut sama-sama membutuhkan energi. Bedanya, menurut penelitian, energi yang digunakan untuk tersenyum lebih sedikit dari energi yang dibutuhkan untuk cemberut. Padahal manfaat tersenyum ternyata jauh lebih besar dari manfaat cemberut.
Dari situ kita bisa berhitung, jika tersenyum cuma butuh sedikit energi sementara manfaatnya sangat besar, maka pastikan untuk memilih tersenyum dibanding cemberut. Kecuali Anda rela tekor energi.
Selain aktivitas fisik, berpikir yang lebih banyak menggunakan otak dan perasaan juga membutuhkan energi. Lagi-lagi, berpikir negatif membutuhkan energi yang lebih besar daripada berpikir positif.
Dengan mengandalkan perasaan saja kita bisa menilai mana yang melelahkan tubuh serta menguras energi dan mana yang tidak. Rasa iri, cemburu, marah biasanya membuat kita lelah. Berpikir negatif membuat energi tubuh kita terkuras.
Sebaliknya berpikir positif membuat kita merasa nyaman, senang dan tidak membuat badan terasa lelah. Rasa cinta, kasih sayang, berbaik sangka membuat hidup menjadi lebih indah.
Jujur itu jauh lebih menyenangkan daripada berbohong. Bayangkan, pada saat kita berbohong, kita selalu degdegan takut ketahuan bohong. Belum lagi otak kita bekerja keras memikirkan kebohongan berikutnya untuk menutupi kebohongan kita saat ini.
Maka agar hidup kita lebih indah dan nyaman, kita harus mulai belajar mengelola energi dengan baik. Bersikap jujur dan apa adanya membuat hidup kita terasa lebih ringan. Tak perlu takut untuk memperlihatkan diri kita apa adanya. Tak perlu memikirkan apa tanggapan orang terhadap kita. Itu cuma buang-buang energi.
Soal apa adanya ini mengingatkan saya pada seorang mahasiswa tetangga saya. Jika sedang ada di rumah, ia selalu membantu orang tuanya mengantarkan bubur pesanan tetangga-tetangga. Dan saya berani bertaruh, ia tidak takut dianggap miskin, dianggap tidak keren dan sebagainya.
Apakah orang-orang memandang rendah? Tidak! Justru sebaliknya, semua memuji. Sudah anaknya ganteng, mahasiswa, masih mau juga nganter-nganter bubur. Jempol!
Sadar atau tidak, si mahasiswa ini telah belajar mengelola energinya dengan baik. Daripada menghambur-hamburkan energi untuk berpura-pura banyak uang dan tidak mau berusaha, ia malah memanfaatkannya untuk melakukan hal-hal produktif. Minimal ia mendapatkan dua keuntungan: energinya disalurkan dengan benar dan mendapatkan uang. Jika kemudian banyak gadis-gadis yang terpikat, itu adalah bonus.
Dan kita, terutama saya, wajib belajar padanya soal manajemen energi.