Sungguh miris bila hal semacam itu yang mendarah daging di pikiran mereka. Bagaimana tidak, alih-alih berprestasi malah membuat sensasi yang tidak mencerminkan seorang pelajar.
Kemudian timbul sebuah pertanyaan, Siapa yang salah dalam posisi yang seperti ini?. Siswa atau guru yang mempunyai tanggungjawab mendidik siswa?.
Memang tugas guru adalah mendidik siswa agar kelak menjadi manusia yang terdidik, tapi bila kita hitung dengan persentase mereka di kelas dengan siswa yang selalu berinteraksi dengan lingkungannya, tentu sangat kecil sekali sehingga dalam posisi ini guru mempunyai porsi yang kecil untuk mempertanggungjawabkan anak didiknya yang melakukan tawuran, yang punya tanggung jawab lebih adalah orang tua dan lingkungannya.
Jika melihat sebab para pelajar tawuran yang sebenarnya hanyalah masalah sepele, ada yang karena cewek, saling ejek-mengejek dengan tulisan di jalan dan ada yang melalui jejaring sosial kemudian sebab yang paling populer yaitu kebiasaan TIDAK TERIMA bila kelompoknya terusik dengan kelompok lain.
Untuk itu, apabila porsi kita menjadi seorang pelajar, tidak pantas tawuran sebagai budaya yang tidak mencerminkan kaum intelektual. Apabila porsi kita sebagai pendidik, jadilah pendidik yang tidak hanya memberikan materi pelajaran di kelas saja, berikan suri tauladan yang baik untuk "anak-anaknya". apabila porsi kita sebagai orang tua, jangan sepenuhnya percayakan pada sekolah untuk mendidik putra putrinya, karena sekolah tidak mempunyai kapasitas yang besar untuk menjamin putra putri anda, pendidikan yang dimulai dari keluarga lah yang sebenarnya sangat perperan penting untuk perkembangan anak. Apabila porsi kita sebagai masyarakat, jadilah masyarakat yang santun, tidak memberikan pengaruh buruk pada generasi muda kita.