Kutatap wajah bumi, dan kulihat kemunafikan akan selalu menampakkan warna aslinya,walaupun ujung-ujung jemarinya disapu warna pelangi,
Perbudakkan tetaplah perbudakkan dalam berbagai keragaman bentuknya,walaupun ia menamakan dirinya kebebasan.
Barat tidak lebih tinggi dari Timur,Timur juga tak lebih tinggi dari Barat, Kudapati peradaban yang dibangun ini peradaban tanpa jiwa, Makmur akan materi namun masyarakatnya miskin makanan jiwa,
Aku dapati masyarakatku hidup berbangsa-bangsa dan bersuku-suku,tapi aku menemui diriku bagai orang asing ditengah komunitas mereka, aku tidaklah menjadi warga negri manapun, Semesta adalah negriku dan umat manusia adalah suku bangsaku.
Jika kehadiranku didunia membuatku harus membunuh sesama,maka kematian terasa lebih manis untukku, Disini aku hidup, dan tak seorangpun yang dapat mengusirku- dari tempat tinggalku,dan aku akan tetap hidup- sekalipun didalam kematian.
Aku datang untuk hidup dalam keagungan cinta dan kasih sayang, kutitipkan salam untukmu “kedamaian” walaupun engkau tenggelam dalam airmata penindasan.
www.duniasastra.com