Selepas ziarah ke makam mereka yang telah wafat terdahulu, kemudian dilanjutkan dengan silaturahim (memupuk kehangatan ikatan persaudaraan dan kasih sayang) kepada para tetangga, sanak saudara, dan handai tolan, teman kerja dan seterusnya. Tradisi silaturahim ini bertujuan untuk secara nyata saling memaafkan atas kesalahan dan kekhilafan yang telah dilakukan, baik sengaja maupun tak disengaja. Tradisi Silaturahim ini didasari atas suatu kesadaran bahwa watak kodrati manusia adalah disertai salah dan khilaf, maka upaya saling memaafkan pun adalah upaya yang sudah selayaknya lahir dalam diri kemanusiaan manusia. Tradisi silaturahim ini puluhan tahun yang lalu dikenal dengan istilah "Nyadran". Nyadran merupakan tradisi saling kunjung mengunjungi yang menurut Agus Sunyoto (Dosen UIN Malang) diadaptasi dari tradisi agama Buddha.
Dari seringnya manusia berbuat salah dan khilaf maka lahir pula tradisi lebaran di mana disertai dengan ceramah agama, tradisi inilah yang kemudian disebut Halal bi Halal. Era tahun 1980-2000-an merupakan era jaya-jayanya ceramah-ceramah ini. Pada masa ini, di kampung-kampung di pelosok Jawa berdatangan mubaligh-bubaligh dari Jakarta seperti Nur Iskandar SQ, Zainuddin MZ (alm), Habib Idrus Jamalullail dll. Namun belakangan ini menurun terutama karena maraknya kegiatan terorisme. semenjak maraknya terorisme kegiatan pengajian dan Halal bi Halal dengan mendatangkan mubaligh dari Jakarta semakin berkurang.