Akan datang, sisanya pergi
Akan pulang, sisanya disini
Akan tiba beberapa sepi
Sisanya sahut menyahut antar suara berkelahi
Memang kini sekedar "pasrah" sudah tiada arti
Rupanya pagelaran mainstrim "judi menjudi" sudah bukan lagi tradisi
Selain saling butuh antar merakyat yang makin menjadi
Surau-surau kemarin, serupa janji
Anak kecil mulai loyal pada tekhnologi, lupa sebenarnya waktu ngaji melalaikan diri
Orang tua sibuk urusi "perbaikan diri dan gizi"
Katanya, "judi juga butuh energi"
Hanya penggosip yang setia pada tribun depan rumah sejak dini hari
Ketika petang, lagi-lagi judi menjudi
Dari judi, nasi bisa menjadi spageti
Nasib hari tua, akan terjamini
Usah terpikir soal dapur, skin care pun akan tercukupi
Alasan mengapa istri biarkan suaminya pergi
Ceramah pagi-pagi di gusur lagi
Dalihnya, spiker bid'ah, tak terpakai di jaman nabi
Nyatanya, muak saja dengarkan kyai
Tak ubahnya tiap materi
Judi itu haram, terdengar hampir setiap menyuap suapan spageti
Tidak tau saja, spageti hasil judi
Sorenya, ramai orang kunjungi
Rumah tetangga yang kemarin kalah judi
Pedagang pojokan desa nagih utang beras, telor, minyak yang sempat dicuri
Sisanya, mata rakyat hanya cengar-cengir penuhi kalimat "pak, besok pasti saya lunasi"