Malam beranjak isya ketika wajah-wajah di rumah kami berubah tegang. Mereka membicarakan sesuatu yang penting entah apa. Lalu kakak lelakiku yang saat itu baru SMP kelas II berlari menuruni tangga rumah panggung kami. Ibu meminta ia melihat apa yang terjadi pada bapak.