Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Menuju Syakaratul Maut

2 Januari 2014   10:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:15 33 0
Ibarat seorang musafir yang  menempuh perjalanan jauh. Lalu ia beristirahat sejenak di bawah pohon dan  bertanya pada dirinya sendiri

"Sudah berapa jauh saya berjalan?"

"Berapa jauh lagi, saya harus berjalan?"

"Sudahkan saya berada pada jalan yang benar?"

Begitulah analoginya, ketika kita memanfaatkan  suatu momentum untuk merenung, mengevaluasi kehidupan kita.

Hidup adalah perjalanan yang sepenuhnya berisi ujian. Ujian itu sudah dimulai sejak manusia menginjak akil baligh, dan akan berakhir pada saat syakaratul maut.

Mengapa syakaratul maut menjadi akhir dari ujian?

Sebab pada saat itu tabir alam gaib akan terbuka.

Pada saat itu tak ada satu pun manusia yang tak beriman. Karena iman selalu berkaitan dengan segala sesuatu yang gaib.

Syurga dan neraka yang selama hidup hanya dianggap cerita masa depan yang tampak jauuuh tak terlihat, abstrak meski berkali-kali Al-qur'an menggambarkan, saat syakaratul maut semua menjadi nyata.

"Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam." (Q.S Qaaf : 22)

Namun saat itu ujian telah berakhir, kita tinggal menerima hasil dari ujian yang telah dijalani.

Pernahkah kita membayangkan?

Serombongan malaikat datang dan mengatakan "Salaamun'alaikum, masuklah kamu ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan".

Itulah keadaan yang digambarkan Q.S An-nahl : 32 bagi orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik.

Disarikan dari Muhasabah Akhir Tahun

Athian Ali Da'i

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun