Sebenarnya udang Vannamie telah diperkenalkan ke benua Asia pada tahun 1978-1979, tetapi baru diperkenalkan secara komersial di Indonesia pada tahun 2001. Dan berdasarkan data dari South East Asian Fisheries Development Centre (SEAFDEC) pada tahun 2005, menyebutkan bahwa Indonesia memiliki 419.282 Ha tambak air payau dan sekitar 913.000 Ha lahan yang berpotensi untuk tambak.
Udang Vannamie dengan nama latin Litopenaeus Vannamei, memiliki tubuh yang terbentuk oleh 2 Cabang (biramous), dan tubuh Udang Vannamei berbuku-buku. Kepala udang Vannamie terbentuk dari Antenula, Antena, Mandibula dan dua pasang Maxillae serta tiga pasang Maxiliped. Antenula dan Antena berfungsi sebagai organ sensor. Maxiliped setelah mengalami modifikasi akan berfungsi sebagai organ makan. Terdapat lima pasang kaki dan enam ruas pada badan udang Vannamie, karena carapace udang Vannamei transparan maka perkembangan Ovarium pada betina dapat terlihat.
Habitat udang Vannamei adalah dilaut tropis dengan suhu air lebih dari 20 derajat Celcius, mereka bertelur di laut terbuka dan pada Stadia postlarva mereka bermigrasi ke pantai sampai stadia juvenil mereka akan kembali kelaut lagi setelah dewasa dan bertelur lagi disana. Siklus hidup udang Vannamei adalah telur → naupli →mysis → post larva → juvenil → dewasa → telur.
Udang jenis Vannamei semakin diminati untuk dibudidayakan karena udang Vannamei memiliki karakteristik yang unggul yaitu :
- Kemampuan adaptasi yang tinggi, udang Vannamei mampu beradaptasi terhadap suhu, dan salinitas.
- Laju pertumbuhan yang cepat pada bulan I dan II
- Kelangsungan hidup yang tinggi
- Memiliki pangsa pasar yang fleksibel, Udang jenis Vannamei memiliki pasar mulai ukuran kecil hingga besar.