Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Pancasila, Bukan Hanya Tentang “Panca” dan “Sila”

26 Maret 2013   19:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:10 154 0
 Kode HTML untuk banner rata kanan:  Kode HTML untuk banner rata tengah: 

Apa sih yang ada di pikiran kalian jika mendengar nama negara “India”? Jujur, yang pertama melintas di pikiran saya adalah Bollywood. Bukan tanpa alasan jika industri perfilman India bisa begitu terkenal dan menyedot perhatian publik begitu besar. Ciri khas budaya negara tersebut ditonjolkan secara mendalam di tiap karya sinematografinya. Lihat saja film-film India yang selalu dihiasi tarian dan nyanyian khas, belum lagi deretan aktrisnya yang selalu bangga mengenakan sari (pakaian adat India) tanpa takut terkesan kuno.

Apa yang ada di pikiran kalian jika mendengar nama negara “Korea”? Pasti tidak jauh-jauh dari definisi Kpop, alias budaya musiknya yang memang sedang sukses-suksesnya membius jutaan remaja di Indonesia. Tidak berbeda dengan India yang selalu menyisipkan budaya khas mereka dalam tiap karya seninya, sineas Korea pun begitu. Tak jarang sebuah drama Korea melakukan pengambilan gambar di salah satu lokasi wisata terkenal di Negeri Ginseng, tujuannya tentu sebagai alat promosi terselubung. Belum lagi pemakaian hanbok (baju tradisional Korea) dan penampakan makanan-makanan khas Korea yang juga tidak pernah absen dari tiap episode dramanya. Hasilnya? Para Kpopers tidak hanya menggemari drama-drama Korea tapi juga berbondong-bondong ke supermarket untuk membeli kimchi atau jajangmyun.

Lain India, lain Korea, lain lagi Amerika. Mungkin kita tidak terlalu mengenal budaya Amerika, tapi pasti kita mengenal apa itu Pirates of the Caribbean, Lord of the Rings atau Finding Nemo. Ya, produk-produk dari Negeri Paman Sam yang secara tak sadar kita konsumsi dan kita nikmati berulang kali. Hollywood mungkin tidak mengenalkan budaya Amerika secara langsung dan gamblang, tapi mereka juga turut andil dalam pengaruh global lewat industri perfilmannya yang konon mampu memproduksi hingga 700 film per tahun.

Nah, lalu bagaimana dengan Indonesia? Bagaimana dengan negara kita? Apa yang kita pikirkan jika mendengar nama negara kita Indonesia?

Korupsi? Bisa jadi. Perang antar agama? Bisa saja.

Pertanyaannya, mengapa kita cenderung lebih dikenal karena perilaku negatifnya daripada positifnya? Mengapa kita lebih dikenal sebagai negara terkorup se-Asia daripada negara dengan biodiversity terbesar sedunia?

Sebelum jauh-jauh membahas korupsi dan biodiversity, mari kita tengok dulu dasar negara kita Pancasila. Ada apa dengan Pancasila?

Masih segar di ingatan saya saat sedang blogwalking dan menemukan satu postingan mengenai video ketua MPR yang salah mengucapkan sila keempat dan kelima Pancasila. Saya juga masih ingat bagaimana Putri Indonesia mengucapkan Pancasila secara terbata-bata, jauh dari kesan lancar. Ada apa ini? Jika ketua MPR yang notabene merupakan salah satu orang paling berpengaruh di negeri ini saja bisa keliru mengucapkan dasar negara, bagaimana dengan rakyat biasa di pelosok negeri? Masihkah mereka mengingat lima kalimat yang selalu tersusun rapi di bawah gambar Garuda sebagai lambang negara?

Yeah…tampaknya segala bentuk kemudahan yang dibawa oleh perkembangan zaman telah mengikis nilai-nilai luhur Pancasila perlahan-lahan. Murid-murid Sekolah Dasar menghafalkan Pancasila hanya di hari Senin ketika Pembina Upacara membacakannya. Itupun hanya sekedar menghafal, tidak sampai ke level mengamalkan. Mata pelajaran PPKN atau PMP pun hanya diikuti sebatas supaya mendapat nilai diatas ambang remidi. Dan setelah kita mendapatkan nilai di atas ambang remidi, maka selesailah mata pelajaran PPKN. Tidak ada yang harus dipelajari lagi, boro-boro diamalkan.

Waduh, padahal Pancasila itu kan dasar negara!

Ketuhanan Yang Maha Esa, nampaknya sekarang telah berganti menjadi Keuangan Yang Maha Esa. Bahkan pengadaan Al-Qur’an pun dikorupsi!

Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Saking adilnya, seorang pencuri semangka dihukum tiga bulan penjara sementara pencuri uang negara bebas pelesiran ke luar negeri.

Persatuan Indonesa, yang satu ini sepertinya sudah berubah menjadi Perpecahan Indonesia. Ingat Timor Timur yang akhirnya lepas dari NKRI? Ditambah lagi perang antar suku yang kini marak terjadi dimana-mana.

Kemanusiaan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan, Dalam Permusyawaratan Perwakilan. Entahlah saya harus komentar apa untuk yang satu ini…

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Adil sekali, ketika cucu SBY mendapat perlakuan istimewa di rumah sakit, di saat yang sama bayi Dera meninggal terlantar.

Sungguh, Pancasila itu bukan hanya tentang “Panca” dan “Sila”. Ini tentang dasar negara kita. Ini tentang cita-cita yang ingin kita capai bersama. Ini tentang keinginan, ini tentang sesuatu hal yang ingin kita rasakan bersama sebagai sesama warga negara Indonesia. Pancasila bukan hanya tentang peringatan hari lahir tiap 1 Juni. Ini tentang identitas kita. Ini tentang bagaimana seharusnya orang-orang di luar sana memandang kita sebagai orang Indonesia.

Pentingnya Pancasila membuat kita menyadari bahwa pendidikan Pancasila tidak bisa hanya sebatas upacara bendera tiap hari Senin. Tidak hanya sebatas peringatan hari lahir Pancasila. Tidak hanya sebatas mata kuliah 3 SKS yang harus ditempuh mahasiswa di perguruan tinggi. Ini tentang pendidikan yang seharusnya kita resapi betul dan kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Apalagi dalam era global seperti sekarang ini dimana pesaing kita tidak lagi hanya tetangga sebelah dengan komputer barunya, melainkan negara sebelah dengan kapal perang mutakhirnya. Kembali ke pembahasan pertama dimana India terkenal dengan Bollywoodnya dan Korea mendunia berkat Kpopnya, lalu dengan identitas seperti apakah Indonesia akan dikenal dunia? Padahal secara materi, kita memiliki segalanya. Indonesia punya wisata kuliner yang sangat lengkap mengalahkan Italia dan Jepang; Indonesia punya lanskap pemandangan alam menakjubkan, tak kalah dari New Zealand yang menjadi lokasi syuting The Hobbit; Indonesia punya beragam budaya khas yang berbeda antar daerah dimana masing-masing memiliki keunikannya tersendiri. Indonesia punya semuanya! Lalu kenapa Indonesia tidak dikenal karena itu semua? Oh sudahlah…pura-pura lupa saja kalau dasar negara kita telah terkikis sedikit demi sedikit!

Dan jika kita tidak memiliki identitas, bagaimana dengan masa depan bangsa? Bagaimana dengan cita-cita dan tujuan yang hendak kita capai bersama itu? Masihkah mungkin untuk mencapai semuanya?

Jawabnya, tentu, hanya dengan Pancasila semuanya mungkin. Hanya dengan pengamalan dasar negara yang baik dan benar maka tujuan dan cita-cita bangsa akan tercapai. Tentu hal ini bukan hanya urusan para pejabat di atas sana, melainkan urusan kita semua selama kita masih berstatus sebagai warga negara Indonesia.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun