Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Mari Berdangdut Ria ala Wayang Super Kreatif!

27 Januari 2014   10:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:25 110 4

Makin kreatif saja rakyat Indonesia. Tak pernah kehabisan akal berkreasi. Tak perlu pentas dan produser demi menghibur dan berkreasi. You tube pun menjadi panggung yang amat kreatif melampiaskan bakat dan hobi.

Saya lumayan terbahak-bahak, ketika menemukan beberapa video dangdut yang dipentaskan dalam bentuk wayangan. Satu wayang adalah wayang dangdut yang diperankan oleh Wayang Rhoma Irama dengan lagu-lagu dangdut paling berkharismanya. Satu lagi adalah wayang Inul Darartista dengan goyangan mautnya.

Ada satu lagi wayang, yang mana memunculkan sosok Obama—predisen Amrik, dan yang mulia presiden kita, Susilo Bambang Yudhoyono. Wayang Obama, mengaku merasa heran pada orang Indonesia, sama orang Tegal utamanmya. "Saya tadi ditawari bakso. Nggak mau, karena saya sudah punya bakso sendiri," selorohnya dengan nada suara lucu. Kemudian muncul Rhoma Irama. Ia tes gitar, lalu tiba-tiba ia kentut. Yang disusul ledekan khas, terlalu.

Wayang inovasi kreatif lain adalah dengan dalang Ki Enthus. Ki Enthus menampilkan wayang dengan pesan sosial yang hangat. Pesan-pesan kritis disalurkan melalui dialog-dialog lakon wayang yang mudah dicerna bahasa sehari-hari. Sesekali disampaikan dengan kelakar yang aktual. Sungguh keren.

Wayang Bakal Eksodus di Luar Negeri!

Di dalam negeri, ketertarikan dan pelestarian wayang makin sekarat. Sekarang ini, minat masyarakat terhadap wayang makin sedikit. Banyak faktornya, faktor utama adalah minimnya perhatian banyak pihak terhadap keberlangsung wayang.

Dilansir dari acrhief.rnw.nl, dalang wayang Wilem vanvan Oranje Ananto Wicaksono alias Nanang, menyatakan sekarang ini permintaan pentas wayang malah sebagian besar berasal dari luar negeri, ketimbang dari dalam negeri. Bahkan, dalam pentas wayang di Belanda, sambutannya luar biasa. Fenomena ini amat memprihatinkan Nanang.

Bukan tidak mungkin, tutur Nanang, wayang kulit bakal eksodus ke luar negeri. Sebenarnya, jelas Nanang, banyak anak muda yang berminat menjadi dalang. Sayangnya, mereka kekurangan fasilitas. walhasil, bakat terpendam mereka pun mati sebelum berkembang. “Kalau di Indonesia kan dalang mau pentas harus nunggu untuk diundang atau ditanggap. Nah yang menjadi masalah adalah sedikitnya undangan itu,” tegasnya.

Nanang juga menegaskan, masyarakat di luar negeri amat menghargai karya seni wayang. Menurut Nanang, masyarakat luar bahkan lebih tertarik wayang dibanding masyarakat Indonesia sendiri yang sudah jenuh dengan wayang. Karena itu, imbuh Nanang, Wayang seharusnya dibuat lebih menarik. Selama ini cerita wayang kebanyakan hanya menampilkan cerita klasik seperti Mahabarata atau Ramayana. Maka, paparnya, para dalang harus bisa mencari bahan baru yang lebih kreatif, dengan tak terpaku pada bahan-bahan lama, "Nah itu yang menjadi kemandulan di dunia wayang. Dengan adanya permintaan dari luar negeri seperti pementasan wayang Willem van Oranje, maka bisa saja ada eksodus ke luar negeri."

Sosok lain yang memiliki kepedualian tinggi pada wayang adalah Entang Sutisna (64). Dilansir dari http://fotokita.net, lelaki ini untuk terjun sebagai pengrajin wayang golek. Dari rata-rata pembelinya, ternyata sebagian besar berasal dari negara Eropa, seperti Belanda, Belgia, dan Jerman. Menariknya, Entang belum pernah melakukan ekspor! Para pembeli Entang malah datang sendiri ke rumah Entang. Padahal, selesainya pesanan pembeli lumayan lama, yaitu butuh waktu 7 hari.

Bahkan, dilansir kompas.com, wayang mampu menginsporasi seorang dunia untuk mengembangkan kreasinya, yaitu Larry Redd. Seniman asal San Fransisco tersebut, mengembangkan karya baru setelah ia menonyon bayang-bayang wayang di Bali. Ia ciptakan pertunjukan yang berskala layar bioskop. Waduh, ini benar asumsi Nanang bahwa Wayang bakal eksoduse ke luar negeri.

Miris

Jujur saja, fenomena di atas sangatlah miris. Meski saya pribadi baru belakangan ini muncul minat dan ketertarikan pada dunia wayang, saya menemukan betapa kerennya pentas wayang dalam upaya penyampaian pesan-pesan tanpa harus menggurui. Ia berisi lelucon dan kelakar kehidupan yang berisi dan berotot. Tanpa mengerutkan kening memahaminya karena pola penyampaian yang renyah dan penggunaan bahasa-bahasa yang segar.

Wayang, ternyata menyimpan kehalusan dan ketajaman dalam menempa diri. Wajar, apabila masyarakat luar mulai menyukai wayang. Sebab, diakui atau tidak, ada sisi yang selaras dengan kejiwaan mereka yang selama ini tak tersampaikan, yaitu kerinduan pada sesuatu yang ringan, berisi, penuh filsafat hidup.

Satu hal yang barangkali menarik dari wayang, yaitu tidak perlu sistematis. Tidak sistematis, mengalir seirama tema yang dialurkan, namun pesan tetap mendalam dan tersampaikan secara gurih dan menyenangkan.

Duet Maut Rhoma Irama dan Inu

Wayang Kreatif Ki Entus

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun