Sepuluh kilometer sudah Poltak membawa mikroletnya dengan tekanan gas yang dangkal, namun angkotnya belum juga penuh. Baru terisi empat penumpang; tiga pelajar dan wanita paruh baya yang memegang keranjang plastik kosong yang tampaknya hendak belanja ke pasar. Ah, Poltak masih ingat betul, betapa dulu jumlah peminat angkutan kota konvensional tidaklah sama dengan sekarang. Dulu, apabila ia ‘narik’ di waktu subuh seperti saat ini, mikroletnya pasti sudah penuh kendati baru berjalan sepuluh kilometer dari rumah pemiliknya. Para penumpang rela duduk berdesak-desakkan demi secepatnya mendapat angkot yang akan mengantar mereka ke tempat tujuan, bahkan para penumpang laki-laki rela bergelayutan di pintu sekalipun tetap membayar ongkos sesuai tarif dan dengan begitu pula mengesampingkan keselamatan mereka.
KEMBALI KE ARTIKEL