“Gimana? dah dapet kerjaan belum?”. “Belum Mas..” dah coba berkali-kali tapi masih belum ada panggilan juga”. “Lho kamu kan lulusan D3? D3 Sistem informatika ya?”. “Iya Mas…”. “Memangnya ngelamar sebagai apa saja?”. “Jadi kurir dan jadi staff administrasi Mas..”. “Lho, kok ga sesuai sama bidang kesarjaanaan kamu sih?, kamu bisa jadi programer atau jadi Ti”.
“Itu dia Mas, saya udah bosen hadapin masalah-masalah komputer, cukup tiga tahun aja deh pusing sama hal-hal begituan (coding program)”.
Sementara itu, di dunia komputer sendiri, tenaga-tenaga TI banyak diisi oleh pekerja yang "tidak" memiliki latar belakang TI. Ada sarjana pertanian, ekonomi, Teknik sipil atau MIPA, termasuk Saya ... saya Lulusan dari Teknik Industri, tetapi sekarang lebih fokus untuk menggeluti dunia IT beserta keluarganya .
Jadi apa gunanya Ijazah dong?
Ijazah tetap ada gunanya. Itu sebagai ukuran kemampuan orang yang dinilai dengan Angka. Tapi sayangnya kebenarannya (nilai yang didapat dengan skill sebenarnya) tidak dijamin.
Di dunia komputer sendiri, menempuh jalur otodidak buat saya lebih mengasyikan. Bahkan beberapa pakar internet mengawali belajarnya lewat jalur otodidak.
Kualitas ilmu komputer yang didapat antara belajar lewat jalur otodidak dengan sekolah formal, agak berbeda tipis.
Kekuatan orang belajar komputer secara otodidak adalah, mereka umumnya menguasai hal-hal yang berbau penerapan langsung atau aplikasi, mereka mampu mem-presentasikan kemampuan yang mereka tawarkan kepada pihak lain. Maklum saja, si otodidak sudah terbiasa menjalin komunikasi dengan beberapa orang untuk menggali ilmu dari sumber lain ketika melakukan proses belajar. Jadi kalau bicara langsung ketujuan. Lalu bagaimana dengan jalur sekolah formal?
Sekolah formal juga memiliki kelebihan pada penjelasan yang masuk akal secara teoritis. Jadi jika lawan bicaranya berlatar belakang sama, pembicaraan pun akan cepat nyambung. Sehingga deal-deal bisnis cepat mencapai kata sepakat.
Sekali lagi, Buat saya, jalur otodidak lebih rasional, siapapun bisa mencicipi, karena biayanya super murah. Modalnya:
- Kemauan (tanpa biaya),
- buku bekas atau majalah bekas ( kisaran 10ribu s/d 50 rb),
- ke warnet (5ribu/ 3 jam).