Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Filsafat pendidikan pragmatisme dan pemikir tokoh filsafat pragmatisme

23 April 2020   16:17 Diperbarui: 23 April 2020   16:34 178 0
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu yang terbukti dengan melihat  akibat-akibat atau manfaat  hasilnya secara praktis. Dengan demikian, bukan kebenaran objektif dari pengetahuan yang penting melainkan kegunaan praktis pengetahuan kepada individu-individu.
Dasar dari pragmatisme adalah logika pengamatan, di mana, apa yang ditampilkan pada manusia dalam dunia nyata adalah fakta individual, konkret, dan terpisah satu sama lain. Dunia ditampilkan apa adanya dan perbedaan diterima begitu saja. Karena representasi realitas yang muncul di pikiran manusia selalu bersifat pribadi dan bukan merupakan fakta-fakta umum. Ide menjadi benar ketika memiliki fungsi pelayanan dan kegunaan. Dengan demikian, filsafat pragmatisme tidak mau direpotkan dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kebenaran, terlebih yang bersifat metafisik, sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan filsafat Barat di dalam sejarah.
Tokoh-tokoh pemikiran filsafat pragmatisme
1. William James
 Menurut pendapatnya bahwa tidak ada kebenaran yang mutlak, yang berdiri sendiri tanpa berkaitan dengan akal yang mengetahui sesuatu hal tersebut. Pendidikan
Dewey menekankan pendidikan formal berdasarkan minat  anak-anak dan pelajaran yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan minat anak-anak. Dengan pandangan yang demikian maka pelajaran yang berlangsung di sekolah tidak difokuskan karena minat setiap anak itu berbeda-beda. Demikian juga dengan pelajaran-pelajaran pokok yang harus diajarkan kepada anak-anak tidak dapat diterapkan.
Penolakan dewey terhadap gagasan adanya final end berdasarkan finalis kodrat manusia dan sebagai gantinya ia menekankan peran ends-in-view, membuat teorinya jatuh pada masalah ”infinite regress” (tidak adanya pandangan yang secara logis memberi pembenaran akhir bagi proses penalaran. Karena adanya final end yang berlaku universal ditolak dan yang ada adalah serangkaian ends-in-view maka pembenaran terhadap ends-in-view tidak pernah dilakukan secara defenitif. Akibatnya tidak ada tolak ukur yang tegas untuk menilai tindakan itu baik atau tidak.
2. John Dewey
 Menurut pendapatnya filsafat adalah sebuah tujuan untuk memperbaiki kehidupan manusia dan lingkungan, agar kebutuhan manusiawi terpenuhi dan kehidupan manusia akan lebih baik dari sebelumnya.
3. Heracleitos
berpendapat bahwa tidak ada yang kekal di alam ini. Segala sesuatu tentu mengalami perubahan. Jadi, hakikat segala sesuatu itu ialah perubahan itu sendiri. Jika semua akan hal itu belum terjadi atau belum bisa dirasakan kejadiannya mengenai hal tersebut. Melainkan semua akan terjadi jika bisa dirasakan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun