Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Memecatkan Diri

21 Januari 2014   20:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:36 34 0

Malam adalah pelaminan kata,

Yang menikah dengan rima dan melahirkan puisi dan elegy yang bersenyawa.

.

Seonggok rindu merenggek manja tuannya,

Lupa ini hari ketiga. Deadline,

Ada janji di otak kiri,

Duh, rindu sibuk menghakimi.

.

Aku ingin menjumpai serupa gapai bintang,

Hingga kelak dadaku penuh akan riang,

Bukan wan prestasi,

Atas kebangaan,

Atas prestasi.

.

Adapun resonasi cinta,

Masih kudekap dan kupenjarakan di balik bilik jendela,

Teruntuk tuanku yang kini tanpa sapa,

Manyun serta kecut, asam mukanya.

.

Kanvas biru pekat membentang,

Namun senyummu tak mengembang,

Kemana lagi kan kucari tenang?.

.

Tuan,

Ini sebungkus duka cita,

Kubawa jauh-jauh untukmu,

Dari meriahnya pasar luka.

.

Caci aku semaumu,

Karena aku meminjam tanpa izin kesunyianmu.

.

Aku hanya tak mau bermuka dua,

Biar saja jika banyak ocehan tak sedap,

Jika nuraniku telah mantap.

.

Kaulah puisi sang curahan hati,

Yang ku tulis dengan segenap kerinduan dan air mata langit.

Mengantar labuhnya mataku,

Hingga lelap memetik mimpi,

Sendiri dan aku diam-diam pergi.

.

Pergi mencari gedung yang akan kusinggahi demi sesuap nasi,

Pergi ke tuan baru, teman kerja baru,

Yang tak ada dendam kesumat menjatuhkan harga diri dikemudian hari.

.

.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun