Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Bercerai...

22 Januari 2014   19:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:34 54 0

Senyummu,

Adalah mata air ribuan puisi,

Sapamu bisikkan angin pagi,

Dan hatimu muara yang belum juga tersinggahi.

.

Suka yang akhirnya berakhir pada cinta,

Kemudian melahirkan anak-anak rindu,

Yang aku tak tahu,

Aku harus menghentikannya dengan cara apa?

.

Yang aku tahu,

Cinta ini setiap harinya terus beranak pinak,

Melahirkan rindu-rindu yang terus mencacau temu akanmu.

.

Bayangkan saja,

Seperti apa gilanya aku,

Jika anak-anak rindu ini kau acuhkan,

Dan tak pernah kau hadiahkan kisah temu.

.

Dimana dia yang memaksa senyum dalam gurat duka?

Mengapa menanti pagi mengobati luka?

Datanglah, disini merayakan senja.

.

Seandainya merasakan kehilangan juga dapat direkayasa,

Pasti akan ada banyak air mata yang tumpah,

Dan senyuman tabah entah bersembunyi dimana,

.

Diatas segala luka yang kita bina,

Secuil haru harusnya Nampak dihatimu,

Betapa besar istana cinta yang pernah kita ciptakan.

.

Setahun berlalu,

Tak lagi kudengar syair merdu pada bibirmu,

Tak lagi kubaca puisi dimatamu,

Pergimu tinggalkan sunyi,

Akulah sepi.

.

Beberapa kata yang hendak kusempurnakan kisahnya,

Kini berhenti disebuah koma,

Saat kenyataan pahit,

Harus tetap kutelan.

.

Kita buntu,

Kita kalut berkalut emosi.

.

Dengan berat hati,

Kita tercerai dengan kesempurnaan sakitnya hati.

.

.

*image weddings.about.com

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun