Sentuhanmu mnempatkanku pada titik tanpa gravitasi.Membawaku pada lapisan langit tanpa oksigen.
Tapi sungguh, sesak yang menyenangkan,
Ada kerinduan yang tak sempat terucap rembulan pada surya. Ia hanya menatap hampa di penghujung hari, penghujung bulan, penghujung tahun,
Adalah aku, seorang terhukum tembak,engkau algojo rindu,
Jangan bidik jantungku,tapi hatiku yang merindu peluru cinta.
Pikiran tentang dirimu,
bayang-bayang dirimu,
khayalan dirimu,
semua berkutat berkeindahan,
tak mampu menyusun serpihan sajak puitis lagi,
Adalah memar,yg menjalar pada akar-akar pikiran. Membiru mengubur rajut-rajut rindu.
Adalah memar,yang kau tebar. Pada debar jantung yg bergetar. Di ingatan,kau yang slalu benar
Dan memar,,,,,
yang mengajarkanku. Agar hati tak rapuh, tak runtuh, selayak gugur daun-daun.
Memar yang mengenalkan aku arti kesadaran......
Seumpama gelas retak hati yang pernah tersakiti, kau harus jaga dari dingin dan panas tinggi, agar ia tak semakin retak lagi.