19 Maret 2012 01:35Diperbarui: 25 Juni 2015 07:502530
Tipe pekerja seperti apakah kamu? Aaah saya menulis ini bukan karena saya seorang pekerja professional dan memiliki bakat dalam mengkatagorikan itu. Saya hanya mengamati lingkungan kerja saya. Bukan, sama sekali bukan untuk saya tilai. Cuma untuk menjadi pelajaran dan pertimbangan aja. Kenapa? Ya, lucu saja. Karena bekerja bukan hanya untuk menyelesaikan pekerjaan namun bagaimana kamu akan berinteraksi dengan atasan, bawahan, relasi bahkan OB di sekitar kantor kamu.Berawal dengan seseorang yang saya anggap pekerja keras. Dulu, ketika saya masih menjadi editor freelance, assisten editor saya yang juga seorang penulis dan penyair ini adalah tipe seorang yang sinis dan galak. Jadi, kalau salah sedikit saja, dia tidak akan tanggung-tanggung mengoreksi kesalahan saya meskipun di depan banyak orang. Ya, awalnya saya down, tapi lama-lama terbiasa juga. Kalau salah ya perbaiki, keliru ya betulkan. Ini yang selalu editor saya bilang. Dan saya berusaha menerapkan prinsip ini dalam kerja saya.Namun, meskipun dia bawel dan setiap kesalahan pasti dikorek, dia adalah tipikal seorang assisten editor yang jeli dan cekatan. Bisa jadi, deadline 3 bulan kedepan sudah aman bulan sekarang. Inilah yang membuat saya mengagumi beliau. Belum lagi, dia selalu memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan yang diperbuat meskipun kesalahan saya kala itu fatal. Ketika itu saya pertama kalinya mengedit novel anak dan tanpa saya sadari, kesalahan dan koreksian dalam pengeditan akhir itu masih sangat jauh dari sempurna alias masih banyak salahnya. Dari titik, koma, sampai kata-kata kasar. Alhasil, buku yang saya edit harus pending terbit. Saya malu sekali. Namun assisten editor tidak memarahi saya apalagi melemparkan hasil editan saya yang bertumpuk itu ke wajah saya #heu lebay. Dia hanya melihat sekilas hasil kerja saya dan bilang: perbaiki aja. Kesalahan ini jangan terulang lagi ya! Aduh, tenang lah saya.Lain lagi dengan seseorang yang satu pekerjaan dengan saya di tempat kerja yang dulu. Dari cara bicara dan gesturnya, dia tipikal orang yang keras. Saya sih tidak se-divisi dengan dia. Makanya, saya enggak kena kesan kerasnya. Tapi kami satu ruangan. Dulu, setiap ada bawahannya, dia selalu menyuruh dan terkesan membentak bawahannya meskipun hanya mengangkat telepon di depan wajahnya. Ya, mungkin emang itu pembawaan dirinya, saya pun bukan seorang yang lemah lembut apalagi bersikap seperti teh Ninih yang dipoligami Aa Gym.#apa sih lo kaga nyambung!Saya suka tertawa sendiri dengan kawan saya ini. Kalau ada telepon, meskipun letak telepon di depan mukanya, dia akan menyuruh bawahannya yang mengangkatnya. Saya jarang menerima telepon, karena tidak banyak yang berkepentingan dengan saya. Namun, ada satu kejadian yang bikin saya tertawa. Waktu itu, mungkin dia sedang kelewat stress dengan semua beban pekerjaannya sehingga ketika ada lagi beban pekerjaan kepadanya, dia malah marah-marah kepada bawahannya dan melempar semua barang yang ada di mejanya. Lagi-lagi mirip shitnetron. Hahaha. Saya tersenyum geli melihatnya. Ya, memang pekerjaan rentan dengan underpressure karena tekanan deadline dan kualitas. Saya hanya nyengir. Cenderung takut malah iya. Karena saya seorang yang agak sensitive dengan suara-suara keras sehingga rentan shock. Makanya, saya memilih ngacir ke kosan. Meskipun waktu itu saya akan memilih lembur.
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Akun Terverifikasi
Diberikan kepada Kompasianer aktif dan konsisten dalam membuat konten dan berinteraksi secara positif.